Ngengat tulisan
Buku adalah cahaya bagi penikmatnya. Tak ubahnya Sumber makanan, buku adalah cerminan diri seseorang. Saya sering menjumpai orang-orang dengan kebiasaan membeli buku. Terlepas dari jenis dan pilihan bukunya. Saya juga senang melihat orang-orang memilih buku dan berdiri sejenak untuk sekadar membaca sampul atau sinopsisnya. Itu menandakan bahwa mereka membeli bukan karena tertarik oleh gambar sampul saja, melainkan isi buku tersebut.
Sebenarnya membeli dan merawat buku itu sangat sulit. Jika syaratnya tidak terpenuhi. Misalnya keinginan yang kuat. Keinginan untuk membeli buku dan membacanya adalah dua yang harus saling melengkapi, kita tidak bisa memisahkan antara keduanya. Jika terpisah akan menjadi kacau. Buki yang dibeli akan tidak bersanding dengan rak tanpa tersentuh, atau sebaliknya hanya angan-angan saja yang berangkat ke toko buku tanpa membeli apapun.
Kalau begitu siapa yang dapat membeli buku dan menikmatinya. Ya itu orang-orang istimewa. Kenapa saya katakan istimewa karena mereka seperti ngengat tapi tidak merusak. Ngengat yang sesungguhnya adalah hewan yang merusak buku karena terlalu lama dibiarkan tanpa tersentuh. Sedang ngengat yang ini beda. Mereka memakan buki dan sangat lihai mengolahnya menjadi buku baru. Benar, itu adalah julukan yang saya sematkan untuk mengingat bahwa buku adalah penting. Pentingnya buku jangan sampai sirna dimakan hewan berupa ngengat, bolehlah ia dilupakan tapi jangan isinya.
Banyak dari kawan-kawan saya yang bertanya apa sih rahasianya membaca agar bisa masuk ke dalam otak atau memori. Saya bingung juga mendengar pertanyaan seperti itu. Harus saya jawab seperti apa. Saya sendiri bukan pembaca yang cepat, mungkin kecepatan membaca saya tidak secepat anak akademi lainnya. Tetapi yang saya tekankan adalah sedikit demi sedikit asalkan kita paham maknanya. Pernah suatu hari saya membaca bukunya Soekarno yang berjudul Di bawah Bendera Revolusi, itu hanya satu paragraf saja karena maknanya terlalu dalam sehingga saya kurang bisa memahaminya. Akhirnya saya tutup dan saya angan-angan.
Intinya dalam membaca untuk memahami adalah ketekunan. Selain itu memahami setiap kata penting bagi seorang pembaca. Dari membaca secara mendalam kita akan memperoleh makna yang mendalam saja. Kalau hanya asal membaca juga boleh namun dilihat dulu apa bacaannya dulu. Kalau saya membaca bacaan seperti novel atau komik ya bablas. Artinya novel bagi saya adalah makanan ringan sedang makanan beratnya adalah literatur yang bermuatan pendidikan atau pengetahuan. Lalu apakah novel tidak mendidik, jangan salah ya memang ada unsur pendidikannya namun tidak langsung mengarah ke situ, hanya nilai-nilai dalam unsurnya saja.
Membahas mengenai membaca yang dapat diingat memang sangat kompleks. Tidak hanya membaca secara mendalam saja namun ada beberapa trik lainnya. Seperti membaca sesuai kebiasaan kita. Ada yang membaca sambil minum kopi atau teh. Ada yang membaca sambil mendengarkan lagu. Ada juga yang membaca tidak dengan sambil. Nah, yang terakhir itu sering saya praktikan. Gaya seperti itu menurut saya akan lebih meringankan otak dalam menyimpan data. Memori kita akan fokus pada apa yang kita lihat dan pikirkan sehingga kita dapat memahami isi tulisan tersebut dengan mendalam.
19 juli 2020
Saya pernah membeli buku dengan semangat. Ketika sampai rumah ternyata buku yang sama sudah bertengger manis di rak😅.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus