SEJARAH PERADABAN ISLAM NUSANTARA
SEJARAH PERADABAN ISLAM DI NUSANTARA
A.
Pendahuluan
Membahas mengenai sejarah adalah hal yang wajib, kita tahu bahwa
meahami sejarah adalah salah satu cara kita untuk memahami sesuatu hal atau
keadaaan di dunia ini. Sejarah dapat memberi tahu kita mengenai terbentuknnya
negara, politik, dan paham-paham yang dianut setiap negara. Sejarah juga
mengajarkan bagaimana manusia itu berkembang dan berbenah diri dari masa ke masa
berikutnya sehingga menjadi manusia yang seperti sekarang ini. Dalam sejarah
umat manusia ada satu hal yang terus dibawanya, yakni kepercayaan tentang
tuhan, bagaimana manusia hidup pastilah mereka mempunyai tuntutunan. Keyakinan
disini berarti paham mengenai aturan yang dibuat oleh Tuhan Yang Maha Esa, kita
tahu bahwa ada bermacam-macam agama dan kepercayaan di dunia ini. Negara
indonesia mengenai keyakinan mengesahkan ada 6 agama yang diakui seperti Islam,
Kristen, Katolik, Budha, kong wu chu dan Hindu sebagai agama yang sah. Dari
sini dapat diketahui bahwa agama juga mempunyai sejarah yang sangat penting
dalam perkembangan umat manusia.
Islam adalah agama yang menyeluruh atau universal, buktiya Islam dapat
diterima di berbagai negara. Dalam kenyataannya agama Islam diterima dan
ajarannya dianut hampir seluruh penduduk dunia, meskipun ada sebagian penduduk
dunia beragama Kristen, dan yang lainnya. Hal itu memang setiap manusia diberi
hak untuk memilih dan menentukan kpercayaan mereka masing-masing. Manusia
dituntun dari hati nuraninya untuk memilih mana yang menurut mereka bagus
maupun tidak dan baik buruk dalam meilih suatu perkara atau hal. Dari sinilah
cara berpikir manusia dapat dibedakan, konsep mana dan hukum mana yang mereka
gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam sejarahnya islam datang ke Indonesia lama sekali sebelum
kemerdekaan Indonesia di kumandangkan yakni sekitar abad ke-7. Dari sini kita
tahu bahwa Islam di Indonesia bukan lagi sesuatu yang baru tapi Islam juga
termasuk pembentuk sejarah negara Indonesia. Islam tidak hanya berpengaruh dari
segi spiritualnya saja, namun juga berpengaruh dalam mengembangkan hukum negara
dan perdagangan di Nusantara. Indonesia sampai era pasca revolusi islam sangat
berpengaruh dalam membentuk negara ini,
hingga sekarang Islam adalah agama yang mayoritas dianut oleh warga
negara indonesia. Maka sudah sepatutnya kita sebagai seorang yang terpelajar
memahami bagaimana kedatangan islam di Nusantara atau di Indonesia dan
bagaimana pengaruhnya terhadap sejarah Indonesia.
B.
Kedatangan Islam di Nusantara
Menurut Wan Husen Azmi dalam bukunya Dedi Supriyadi menerangkan
bahwa teori kedatangan islam di Melayu ada tiga cara yakni:
1.
Teori
Arab, yakni datangnya Islam secara langsung dari Arab, karena kebanyakan islam
melayu berpegang pada madzhab Syafi’i.
2.
Teori
India, yakni Islam datang dari India.
3.
Teori
Cina, yakni Islam datang dari Cina.
Meskipun demikian jalannya para saudagar Arab itu sama yakni dari
laut, dari Aden menelusuri pantai India barat dan selatan, atau jalan darat
dari Khurasan kemudian melalui hutan, menyeberangi laut Cina Selatan masuk ke
wilayah Nusantara melalui pesisir pantai semenanjung tanah melayu.[1]
Salah satu cara penyebaran Islam di Nusantara atau di Indonesia dengan
jalur perdagangan, karena pada saat itu pedagang muslim posisi ekonominya kuat,
mereka menguasai pelayaran dan perdagangan. Menurut Uka Tjandrasasmita dalam
buku karangan Badri Yatim menerangkan bahwa ada beberapa cara islamisasi di Nusantara
antara lain; (1) lewat jalur dagang, cara ini diambil karena sangat
menguntungkan sebab pada saat itu para Raja dan bangsawan turut serta dalam
kegiatan berdagang sehingga kesempatan islamisasi di Nusantara sangat luas. (2)
Dengan cara perkawinan, yakni para pedagang muslim menikah dengan putri-putri
bangsawan, sebelumnya putri-putri tersebut diislamkan terebih dahulu. (3)
Dengan tasawuf, caranya yakni dengan tasawuf bentuk Islam yang diajarkan
mempunyai kesamaan dengan keyakinan masyarakat pribumi saat itu. (4) Dengan
pendidikan, yakni dengan diadakannya pesantren atau pondok yang diselenggarakan
oleh guru agama, kyai, dan ulama. (5) Dengan kesenian, seperti Sunan Kalijaga
yang memperkenalkan wayang dengan disisipi ucapan kalimat syahadad, dan
kesenian lainnya seperti sastra, seni bangunan, dan seni ukir. (6) Dengan
pengaruh politik, seperti di Maluku dan Sulawesi sekatan kebanyakan rakyat
masuk islam setetah rajanya memeluk
islam.[2]
C.
Kerajaan-Kerajaan Islam Sebelum Penjajahan
1.
Kerajaan-Kerajaan
Islam Pertama di Sumatera
a.
Perlak
Perlak merupakan kerajaan pertama di Sumatra utara yang berkuasa
pada tahun 225-692 H./ 840-1292 M. dengan raja pertamanya Sultan Aaliddin Syeh
Maulana Abdul Aziz (225-249 H./ 840-864 M.). Pada awal kemunculannya Islam di Perlak
menganut ajaran Syi’ah, kemudian pada masa pemerintahan Sultan Aliddin Syed
Maulana Abbas Shah (285-300 H. / 888-913 M.), mulai masuk paham Ahlu Sunnah Wal
Jamaah yang tidak disukai oleh Syi’ah sehingga Perlak menjadi dua bagian yakni Perlak
pesisir, golongan Syi’ah dan Perlak pedalaman golongan Ahlu Sunnah Wal Jamaah,
namun Perlak dapat bersatu kembali oleh Sultan Alaiddin Malik Ibrahim.
Sistem pemerintahan kerajaan Perlak pada dasarnya mengikuti oleh Daulah
Abbasiyah, yaitu kepala pemerintahan dipegang oleh sultan dan dibawahi oleh
wazir yaitu bidang politik, keamanan/pertahanan. Administrasi negara, ekonomi,
dan kehakiman. Hal itu menunjukkan bahwa Islam kuat dalam kekuatan sosial agama
maupun sebagai kekuatan sosial politik.[3]
b.
Samudra
Pasai
Dalam buku yang dikarang oleh Badri Yatim, ia mengatakan bahwa
Samudra Pasai adalah kerajaan islam yang merupakan kerajaan kembar.[4]
Kembar disini bisa diartikan nama perlak, karena kerajaan perlak dipersatukan
dengan kerajaan samudra pasai oleh pemerinahan Sultan Muhamas Malik Ad-Dzahir
Ibn Al-Malik Ash-Shaleh (688-1254 H./1289-1326 M.). Dengan demikian , kerajaan Islam
Perlak pada abad ke -13 sudah berada dalam kategori kerajaan Samudra Pasai yang
dirintis oleh Malik Ash-Shaleh/Meurah Silo (659-688 H./1261-1289 M.).[5] Kerajaan
Samudra Pasai takluk oleh Portugis pada tahun 1521, dan diduduki selama 3
tahun. Selanjutnya pada tahun 1524 kerajaan samudra pasai berada dibawah
pengaruh kesultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam. [6]
c.
Aceh
Darussalam
Kerajaan Aceh dikenal sebagai kerajaan yang perkasa dan menjadi
pusat penyebaran Islam yang besar di Nusantara. Kerajaan Aceh terletak didaerah
yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar. Kerajaan Aceh berdiri
sekitar abad ke-15 M. Aceh menerima Islam dari Pasai yang menjadi bagian dari
wilayah Aceh, kerajaan Aceh juga merupakan gabungan dari dua kerajaan kecil,
yaitu Lamuri dan Aceh Dar Al-Kamal. Sultan pertama kerajaan Aceh Darussalam
adalah Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1530). Sultan Ali Mughayat Syah banyak berjasa
dalam berbagai aspek keislaman. Dalam hal politik sultan berupaya menghadang
penjajah portugis kristen dengan menyatukan negara Islam dan diberi nama “Aceh
Besar” (1514). Dalam budang pemerintahan, sultan telah meletakkan Islam sebagai
asas pemerintahan. Dalam bidang dakwah dibangun pusat Islam yang megah,
dihimpun para ulama dari juru dakwah, serta menyruh jihad memerangi berhala dan
syirik.
2.
Kerajaan-Kerajaan
Islam di Jawa
Walisongo atau Walisanga dikenal
sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke-17.
Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan
di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria
di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat. Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya
Nusantara untuk
digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu
banyak tokoh lain yang
juga berperan. Namun peranan
mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah
secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak
disebut dibanding yang lain.
Adapun nama-nama Walisongo
yakni, (1) Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim (2) Sunan Ampel atau Raden Rahmat
(3) Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim (4) Sunan Drajat atau Raden
Qasim (5) Sunan Kudus atau Jaffar Shadiq
(6) Sunan Giri atau Raden
Paku atau Ainul Yaqin (7)
Sunan Kalijaga atau Raden
Said (8) Sunan Muria atau Raden Umar
Said (9) Sunan Gunung Jati atau Syarif
Hidayatullah.
Kerajaan kerajaan Islam di sebarkan oleh Wali Songo yang ada di
Jawa adalah,
a.
Demak
Demak adalah kerajaan pertama di pulau Jawa. Kerajaan Demak dipimpin
oleh Raden Patah berlangsung kira-kira di akhir abad ke-15 hingga awal abad
ke-16. Pada masa Sultan Ahmad Abdullah Arifin (Sultan Trenggono) (1524-1546) Islam
berkembang keseluruh tanah Jawa, mulai dari Sunda tahun 1527, pada tahun 1529
Demak berhasil menundukkan Madiun, Blora (1530), Surabaya (1531), Pasuruan (1535),
dan antara tahun 1541-1542 Lamongan, Blitar, Wirasaba, dan Kediri (1544). Pada
tahun 1546 sultan tenggarong terbunuh pada saaat penyerbuan ke Blambangan, lalu
digantikan adiknya yaitu Prawoto namun masa pemerintahanya tidak lama karena Prawoto
akhirnya dibunuh oleh Aria Penangsang dari Jipang pada tahun 1549 dan ini
adalah akhir dari kerajaan Demak.
b.
Pajang
Kerajaan Pajang adalah pelanjutan dari kerajaan Islam Demak dengan
sultan ppertamanya bernama Jaka Tingkir yang bergelar Sultan Adiwijaya. Selama
memerintah, kesustraan dan kesenian keraton yang sudah maju di Demak dan Jepara
lambat laun dikenal di pedalaman Jawa, pengaruh Islam yang kuat menjalar sampai
kepedalaman. Sultan Pajang meninggal dunia pada tahun 1587, dan digantikan
anaknyya bernama pangeran Banawa, akan tetapi masa kepemimpinan pangeran Banawa
kerajaan pajang berada di bawah pimpinan kekuasaan Mataram. Akhir riwayat
kerajaan Pajang pada tahun 1618, ketika Pajang memberontak kerajaan Mataram dan
akhirnya Pajang dihancurkan.
c.
Mataram
Kerajaan mataram sebenarnya lahir ketika Sultan Adiwijaya dari Pajang
meminta bantuan kepada Ki Pamanahan yang berasal dari daerah pedalaman untuk
menghadapi dan menumpas pemberontakan Aria Penangsang tersebut. Sebagai hadiah
atas keberhasilannya beliau diberi hadiah daerah Mataram kepada Ki Pamanahan yang
kemudian menurunkan raja-raja Mataram Islam kemudian. Dalam sejarahnya kerajaan
Mataram jatuh karena banyaknnya pemberontakan yang ada di dalam kerajaaan yang
menginginkan kekuasaan.
d.
Cirebon
Kerajaan Cirebon adalah kerajaan pertama di Jawa Barat yang
didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Cirebon merupakan daerah yang kecil dibawah
pemerintahan raja Pajajaran. Sunan Gunung Jati adalah orang yang memajukan
status Cirebon, beliaulah pendiri dinasti raja-raja Cirebon dan kemudian juga Banten.
Setelah Cirebon resmi berdiri sebagai
kerajaaan Islam, Sunan Gunung Jati berusaha meruntuhkan kerajaan Pajajaran yang
belum menganut Islam.
Dari Cirebon Sunan Gunung Jati mengembangkan Islam ke daerah-daerah
lain di Jawa Barat seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Gauh), Sunda Kelapa,
dan Banten. Setelah Sunan Gunung Jati wafat, ia digantika oleh cicitnya yakni Pangeran
Ratu atau Panembahan Ratu. Panembahan wafat digantikan oleh putranya pangeran Panembahan
Girilaya. Ketuhan kerajaan Cirebon hanya sampai pangeran Girilaya saja, setelah
itu Cirebon diperintah oleh dua putranya Panembahan Sepuh memimpin kasepuhan
dengan gelar raja pertamanya Samsuddin dan Panembahan Anom memimpin kesulatanan
anom dengan gelar Badruddin.
e.
Banten
Kerajaan Cirebon adalah hasil perjuangan dari Sunan Gunung Jati,
kekuasaan banten diserahkan kepada putra Sunan Gunung Jati yaitu Hasanuddin. Ia
meneruskan usahanya menyebarkan agam Islam di Banten. Setelah wafat Hasanuddin digantikan
anaknya bernama Yusuf. Masa kekuasaan Yusuf, menaklukkan Pakuan yang saat itu
beum masuk Islam dan menguasai daerah pedalam Jawa Barat. Setelah Yusuf meninggal
digantikan oleh putranya Muhammad yang masih muda sehingga kekuasaan
pemerintahan dipegang oleh kali (jaksa agung). Di masa Belanda masuk
pada masa Sultan Abulfath Abdulfath terjadi beberapa peperangan Banten dan VOC
(Vereeneigde Oost Indische Compagnie) sehingga berakhir dengan perjanjian
perdamaian pada tahun 1659 M.
3.
Kerajaan-Kerajaan
di Kalimantan Maluku, dan Sulawesi
a.
Kalimantan
Berbicara mengenai Kalimantan rasanya terlalu luas sehingga di Kalimantan
ada dua kerajaan yang berkuasaa pada
saat itu yakni Banjar di Kalimantan Selatan dan Kutai di Kalimantan Timur.
Awalnya kerajaan Banjar beragama hindu, namun berkat bantuan sultan Demak
Trenggono Raja Banjar dan rakyatnya masuk Islam sehingga berdiri kerajaan Islam
Banjar, dengan raja pertamanya Pangeran Samudra. Yang diberi gelar Suryanullah
Atau Suriansah. Setelah itu daerah-daerah sekitarnya seperti, daerah Sambas,
Batangla, Sukaciana dan Sambangan terjadi proses islamisasi. Tidak ketinggalan Kalimantan
Timur (Kutai) pada tahun 1575, yaitu Tunggang Parangan mengislamkan raja
mahkota. Sejak baginda raja masuk islam sehingga terjadilah proses islamisasi
di Kutai dan sekitarnya.
b.
Maluku
Pada abad ke-10 dan ke-11, maluku sudah ramai perniagaan
rempah-rempah, terutama cengkeh dan pala yang dilakukan oleh para pedagang Arab
dan Persia. Tentunya dari situ sudah ada sentuhan pedagang Islam sehingga
membentuk komunitas muslim dengan rakyat Maluku. Dengan derasnya gelombang
pedagang muslim dan atas ajakan Datuk Maulana Husain, di Ternate Raja Gafi Bata
menerima Islam dan namanya diganti menjadi Sultan Zaenal Abiddin. Di Tidore datang
pendakwah dari Arab bernama Syekh Mansur dan atas ajakannya Raja Tidore yaitu Kolana
masuk Islam dan berganti nama Sultan Jamaluddin. Di Ambon Islam datang dari Jawa
Timur (Gresik) yang berpusat di pelabuhan Hitu. Di saat islamisasi berlangsung,
portugis melancarkan Kristenisasi di Ternate namun usahanya digagalkan oleh Sultan
Baabullah dengan menghancurkan benteng pertahanna Portugis di Ambon.
c.
Sulawesi
Di Sulawesi, Raja Gowa-Tallo, I Mangarangi Daeng Maurobia, atas
ajakan Datuk Rianang masuk Islam dengan gelar Sultan Alauddin, Di Talo Raja I
Malingkoan Daeng Kareng Katangkajuga masuk islam dengan gelar Sultan Abdullah setelah
itu Islam tersebar ke Lawu, Waio, Soppeng Dan Bone.
D.
Kerajaan-Kerajaan Islam Masa Penjajahan
Situasi kerajaan-kerajaan Islam menjelang datangnya Belanda ke Indonesia
berbeda-beda, bukan hanya politik namun juga proses islamisasi, di Sumatra penduduk
sudah Islam sekitar tiga abad, sementara di Maluku dan Sulawesi proses
islamisasi baru saja berlangsung.
Pada abad ke-10 seluruh Jawa Timur praktis sudah berada kekuasaan Mataram
yang ketika itu di bawah Sultan Agung. pada masa pemerintahan Sultan Agung inilah,
kontak-kontak bersenjata antara kerajaan Mataram dengan VOC mulai terjadi. Di
Sulawesi pelabuhan Makasar berkembang dengan pesat. Letaknya memang strategis,
yaitu tempat persinggahan ke Maluku, Filipina, Cina, Patani, Kepulauan Nusa
Tenggara, dan kepulauan Indonesia Barat. Faktor lain yaitu blokade Belanda terhadap
Malaka dihindari oleh pedagang-pedagang, baik Indonesia maupun India, Asia
Barat dan Timur. Usaha Belanda untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku
sangat tinggi, sehingga Maluku menjadi sentral bagi pedagang antara Malaka dan Maluku.
Sementara itu Maluku, Banda, Seram, dan Ambon sebagai pangkal atau ujung
perdagangan rempah-rempah menjadi sasaran pedagang barat menguasainya dengan
monopolinya. Ternate dan Tidore dapat terus berhassil mengelak dominasi dari Portugis
dan Spanyol namun ia mendapat ancaman dari Belanda yang datang kesana.
Latar belakang Belanda datang ke Indonesia untuk mengembangkan perdagangan
yaitu mendapatkan rempah-rempah. Salah satu perseroan dagang adalah Veerenigde
Osst Indische Compagnie (VOC). Dari sini jelas tujuan VOC tidak hanya berdagang
saja namun juga melakukakn kegiatan politik salah satunya melakukan monopoli
dagang. Belanda dengan ambisinya yang besar menjadikan VOC menguasi sebagian
besar wilayah Indonesia, namun pada tahun 1798 dibubarkan karena mengalami
kebangkrutan dan kemunduran. Namun
setelah VOC dibubarkan Indonesia secara resmi berpindah ketangan kekuasaan Belanda
sepenuhnya. Belanda pada saat itu tidak memberikan perubahan yang berarti namun
hanya memanfaatkan Indonesia untuk kepentingan mereka semata.
Perlawanan terhadap Belanda di Minangkabau yakni adanya Perang Paderi.
Perang Paderi sebernarnya diprakarsai oleh oleh adaya adat sabung ayam di
kampung batabuh sehingga kaum Paderi melawan kaum adat yang ada. Sebenarnya
kaum adat mendukung kaum Paderi tantangan terberat kaum Paderi adalah melawan
keturunan raja-raja tersebut. Dari sinilah mereka mungkin kuatir akan
kehilangan pengaruhnya dikalangan rakyat sehingga kemudian mereka meminta
bantuan pemerintah Hindia Belanda sehingga terbentuk perjanjian antara kaum
adat dan Belanda. Sejak itulah kaum Paderi yang didukung oleh rakyat perang
melawan pasukan Belanda yang didukung dengan persenjataan modern dan personil
terlatih.
Kaum Paderi memperkuat benteng di Bonjol yang sekalihus berfungsi
sebagai pusat pengumpulan logistik dengan dipimpin oleh Muhammad Syabab yang
bergelar Tuanku Imam Bonjol. Dalam pertempuran pertama Belanda mengalami
kesulitan sehingga meminta bantuan dari Batavia. Karena kesulitan Belanda mencari
cara lain sehingga pada akhir pertempuran Paderi kalah dengan tipu muslihat dan
kelicikan Belanda. Namun walupun paderi kalah oleh Belanda tidak menyurutkan gerakan untuk
memperkuat posisi agama, agama dijadikan adat di Minangkabau sebagai pola
perilaku ideal sehngga islamisasi dilahirkan dari adat yang berlaku sementara
adat yang bertentangan dianggap jahiliiyah.
Perang Diponegoro adalah perang yang terbesar di Jawa yang dihadapi
Belanda . sebagai pangeran senior, Pangeran Diponegoro memberi nasihat amar
ma’ruf nahi munkar kepada sultan. Peristiwa yang memicu Perang Diponegoro adalah
rencana pemerintah Hindia Belanda untuk membuat jalan yang menerobos tanah
milik Pangeran Diponegoro dan harus membongkar makam keramat. Sehingga
pemerintah ingin menangkap Pangeran Diponegoro namun digagalkan oleh rakyat di Tegalrejo.
Perlawanan terhadap Belanda memiliki maksud dan tujuan; mendirikan masyarakat
yang bersendikan Islam dan membersihkan adat Jawa dari pengaruh barat. Tekad
itu mematangkan para pengikutnya untuk melawa Belanda. Dalam perangnya Pangeran
Diponegoro memakai taktik gerilya, namun usaha itu kelihatan sia-sia karena Belanda
mempersempit ruang gerak pangeran, taktik
Belanda dengan menambah pasukannya sehingga pihak Diponegoro menjadi terjepit.
Pada akhir peperangan Pangeran Diponegoro menyatakan bersedia berunding, namun
pada perundingan itu Pangeran Diponegoro menuntut agar dapat mendirikan negara
merdeka yang bersendikan Islam sehingga beliau di buang ke Menado dan dipindah
keujung Pandang, Makasar, dipengasingan
inilah Panngeran Diponegoro meninggal dalam usia kurang lebih 70 tahun.
Perang Banjarmasin dengan pangeran Antasari sebagai pahlawan
terkemuka dilatar belakangi oleh Belanda yang ikut campur tangan dalam
penentuan siapa yang menjadi raja muda pengganti sultan. Ketika pemilihan siapa
pengganti sultan ada satu calon yaitu pangeran Hidayat yang dikenal berbudi baik,
cerdas, pandai bergaul, dan memerhatikan nasib rakyat. Namun Belanda tidak
menyetujuinya dan memilih pangeran Tamjid dan secara paksa dinobatkan menjadi
sultan muda. Pengangkatan tersebut menimbulkan kekecewaan terhadap rakyat,
melihat kericuhan ini Belanda mengambil alih pemerintahan. Pengambil alihan
inilah yang menjadi awal perang Banjarmasin berkobar yang dipimpin oleh
pangeran Antasari dan beraggotakan 3000 orang penyerbu. Dalam pertempuran itu
banyak pihak Belanda yang tewas, sehingga pada tahun 1862 pangeran Antasari memproklamasikan
kemerdekaan pemerintahan Banjarmasin yang bebas dan merdeka.
Perang Aceh dilatar belakangi oleh terusan Suez yang dibuka
sehingga Aceh menjadi urat nadi pelayaran internasional. Sementara itu
imperialisme dan kapitalisme merajalela kondisi itu menjadikan pihak Belanda dan
Inggris melakukan perundingan yang isinya tentang perluasan kekuasaan di Aceh.
Momen inilah yang dijadikan Belanda untuk memaklumkan perang terhadap Aceh perang
ini juga disebut perang rakyat, karena seluruh rakyat Aceh ikut perang melawan
kolonial. Pada tahun 1890 gubernur Deykerhoff mendekati kaum bangswan karena
bagi mereka para bangsawan dan pedagang dipandang sebagai pemberi dana bagi
perang. Dengan taktik itu, teuku umar berpihak kepada belanda dan atas
bantuannya belanda berhasil menundukkan mukim xxii, xxv, xxvi. Belanda menaruh
kepercayaan besar padanya, namun beliau segera membelot setelah mendapatkan
peralatan perang yang cukup lengkap. Dalam perang ini Teuku Umar gugur, dan
perjuangannya dilanjut oleh istrinya Cut
Nya’ Din. Perang dilanjut oleh gerilya kelompok dan perorangan dengan
perlawanan, penyerbuan, penghadangan dan pembunuhan tanpa komando dari pusat
pemerintahan Kesultanan. Namun pihak Belanda menyandera istri dan anaknya
sultan sehingga akhirnya ia menyerah pada Belanda, dan taktik yang sama
dilakukan juga terhadap pangeran Polim sehingga terpaksa menyerah. Perlawanan
terhadap Belanda masih berlanjut sampai Belanda meninggalkan Indonesia tahun
1942.[7]
E.
Islam Di Indonesia Pasca Kemerdekaan, Zaman Modern, dan Kontemporer
Pada masa ini lahirlah BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia), Islam di sini adalah golongan yang memperjuangkan Islam sebagai dasar negara dalam
sidang BPUPKI, bukan berarti mereka tidak nasionalis. Anggota lainnya adalah
golongan nasional sekuler namun bukan atheis dan golongan priyayi Jawa.
Dalam perjalanan BPUPKI pada 7 agustus 1945 mengubah namanya
menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang mengadakan sidang
resmi dan tidak resmi di Jakarta, sidang resmi membicarakan tentang dasar
negara, kewarganegaraan, serta rancangan Undang Undang Dasar, dan sidang tidak
resmi membahas bentukan negara, wilayah negara, kewarganegaraan, RUUD, ekonomi,
keuangan, pembelaan, pendidikan, dan pengajaran. Ketika membahas dasar negara
itu terjadi berdebatan sengit antara golongan Islam dan nasional sekuler, dan
pada akhirnya melahirkan piagam Jakarta atau Jakarta Center yang menunjukkan
bahwa identitas Islam perlu jaminan secara konstituinal. Berangkat dari sini Indonesia
bukan negara teokratis, tetapi juga bukan negara sekuler.
Sehari setelah prokklamasi kemerdekaan muncul persoalan baru bahwa gentelmentasi
agreement yang dikemas dalam piagam Jakarta dimentahkan. Kedudukan Islam tidak
bertambah kuat setelah Bung Karno dan Bung Hatta menjabat sebagai presidan dan
wakil presiden. Kekalahan ini membuat golongan Islam berfikir mengenai partai
politik yang dapat menjadi payung bagi organisasi islam. Dengan adanya maklumat
pemerintah no. 10 tanngal 3 november 1945 tentang dibolehkannya membentuk
partai-partai politik.
Pada saat menjamurnya parpol, umat Islam kompak menyatukan langkah
dengan diadakan kongres umat Islam. Hasil dari kongres tersebut adalah para ulama
mengeluarkan fatwa-fatwa fardu’ain untuk mempertahankan kemerdekaan dengan seruan
jihat fisabilillah untuk melawan dan mengusir penjajah dari Indonesia. Hasil
kongres yang tidak kalah pentingnya adalah umat Islam membentuk satu wadah
yaitu partai politik Islam masyumi. Setelah Belanda dengan sekutu datang lagi
menjajah Indonesia perjuangan masyumi pada saat revolusi hampir total, segala
jenis perundingan yang diadakan Belanda ditolak karena menodai perjuangan.
Namun peranan masyumi dalam kabinet pemerintahan pada masa revolusi mengalami
naik turun sehingga persatuan umat Islam mulai retak. Sehingga tekad masyumi
untuk bersatu padu menentang segala bentuk penyelewengan menjadi gagal.
Dilihat dari segi idiologis, partai-partai politik dapat dibedakan
atas tiga jenis yakni:
1.
Ideologi
Islam, yang diwakili oleh masyumi (lair 7 november 1945), psii (keluar dari masyumi 1945), persatuan
tarbiyah islamiyah (perti), dan NU (keluar dari masyumi 1952).
2.
Ideologi
Nasional Sekuler, diwakili pni`
3.
Ideologi
Maxis Sosialis, diwakili oleh partai sosial (lahir 7 november 1945), pki (7
november 1945), partai buruh indonesia (8 november 1945), partai rakyat
sosialis (20 november 1945), dan partai-partai lainnya yang dapat
diinterogasikan ke dalam mainstream idieologis diatas.[8]
Berakhirnya masa revolusi dan ditandai dengan penyebaran kedaulatan
melalui konferensi meja bundar tanggal 23 agustus dan 2 november 1949 di Den
Hag menunjukkan bahwa pentas politik Indonesia memasuki era baru dengan
diterapkannya sistem demokrasi parlementer dan konstitusional UUD RIS 1949 yang
kemudian diganti dengan UUD 1950. Selama kurun waktu antara tahun 1950-1955
parpol Islam mengalami pasang surut. Namun pada akhirnya kekuasaan negara
diambil oleh presiden Soekarno dan militer sehingga eksistensi umat Islam untuk
mewarnai negara dengan Islam mengalami kekalahan.
Dalam masa demokrasi terpimpin yakni demokrasi yang berdasarkan
suatu ideologi yang memimpin dengan menentukan tujuan serta mencapainya.[9] Dalam
masa ini terjadi krisis terhadap parpol Islam sehingga perjuangan parpol Islam berubah
dari politik praktis ke politik ideologis. Timblunya pemusatan kekuasaan
mengakibatkan terjadinya kristalisasi parpol Islam NU dan PSII sedangkan Perti diizinkan
tetap eksis dengan masuk dalam jargon politik bung karno yakni NASAKOM (Nasional,
Agama, dan Komunis). Karena tarikan yang sangat tegas ini menjadikan masyumi
dibubarkan karena dianggap menentang ideologi.
Lalu, bagaimana dengan kebberadaan NU ?. Keterlibatan NU di
dianggap sebelah mata, namun dalam perjalanannya posisi NU mengimbangi posisi PKI.
Kolaborasi NU-Soekarno terus berlangssung hingga runtuhnya rezim demokrasi
terpimpin ditandai dengan kudeta yang gagal melalui gerakan 30-s/pki tahun
1965. Berpegang pada mandat surat perintah tanggal 11 marret 1966 (supersemar) Soeharto
mengambil langkah untuk menyelamatkan pemerintahan, sejak saat itu terbentuklah
orde baru yang menggusur orde lama. Rezim ini mengambil kebijakan sekuler dengan
penekanan terhadap pancasila sebagai prinsip-prinsip dasar negara dan
masyarakat. Dengan demikian berakhirlah riwayat demokrasi terpimpin dan diganti
era reformasi.[10]
Dalam perjalanana politik Islam pada masa orde baru sangatlah sulit
karena ide negara Islam secara terus menerus dan konsisten ditolak. Hanya
partai persatuan pembangunan (PPP), fusi dari partai Islam Permusi, NU, PSII,
dan Perti) yang masih mempunyai ideologi atas ciri islam. Berbagai sandungan
umat Islam dalam kancah politik sehingga mereka melakukan pendekatan lain
dengan berusaha melaksanakan beberapa unsur Islam tertentu dari hukum dan
dakwah Islam. Buah dari semua itu adalah munculnya oraganisasi Islam dari
kalangan berpendidikan seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI tahun 1947), Pergerakan
Mahaiswa Islam Indonesia (PMII yang awalanya dibawah NU), dan Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM). [11]
Namun tidak boleh dilupakan semua itu terbentuk karena adanya
departemen agama yang dibentuk sebagai konsesi umat Islam dalam mendorong
kebangkitan islam tersebut. Serta peran Institusi Agama Islam Negeri (IAIN)
yang berjasa menyiapkan guru-guru agama, pendakwah, dan mubaligh dalam
kuantitas besar. Tidak hanya itu dua organisai Islam terbesar yakni Muhammadiyah
dan NU terus diperhatikan oleh setiap kekuatan politik. Kebangkitan Islam dewasa
ini bagaimanapun akan mempunyai dampak politik juga.
Sehingga sampai saat dimana zaman menjadi sangat canggih seperti
saat ini Partai politik yang mempunyai ciri islam juga sangat perpengaruh dalam
pembentukan karakter bangsa. Dakwah Islam semakin menggeliat di tanah air sampai
keplosok-plosok desa. Sehingga Islam saat ini menjadi sangat besar di Indonesia
akibat dari perjuangan secara terus menerus oleh para pelopor islam terdahulu.
F.
Kesimpulan
Bahwa Islam berjaya di Indonesia bukan tidak mungkin, buktinya Islam
di tanah air saat ini sangat pesat perkembangannya. Pendakwah-pendakwah, dan
ustad-ustad banyak yang bermunculan. Ilmu-ilmu agama yang di kemas dalam pendidikan
juga banyak, mulai dari pendidikan usia dini, sekolah dasar, sampai perguruan
tinggi demi melestarikan dan menjaga ajaran Islam agar tetap berjaya dan
menjadi tutunan hidup yang pasti di negara ini. Meskipun begitu Islam bukan
agama yang memaksa akan kehendaknya umat untuk di jadikan tuntunan di negara
ini buktinya islam juga masih bersanding dengan agamnya yang lainnya.
Dari peristiwa itu dapat menjadi refleksi kita sebagai seorang yang
sedang menuntut ilmu bahwa usaha yang gigih, dan sacara terus menerus tidak
akan sia-sia. Perjuangan umat muslim sekarang juga sangat sulit karena zaman
sekarang ini banyak informasi positif dan negatif yang sangat mudah didapat di
internet. Sehingga kita sebagai umat Islam yang terdidik haruslah pandai dalam
memilih informasi dan menentukan sikap kita terhadap sutau hal dengan bijak.
Daftar Pustaka
Supriyadi, Dedi. Sejarah
Peradaban Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2016)
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban
Islam, (Jakarta: PT. Rajagafindo Persada,2008)
[1] Dedi
Supryiadi. Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2016),
hlm. 191
[2] Badri
Yatim. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Rajagafindo Persada,2008),
hlm. 200-203
[3] Ibid. hlm. 194
[4] Ibid. hlm.205
[5] Dedi
Supryiadi. Sejarah Peradaban Islam..... hlm. 195
[6] Ibid. hlm.
205-208
[7] Badri
Yatim. Sejarah Peradaban Islam... Hlm. 231-255
[8] Dedi Supriyadi
....Hlm. 201
[9] Ibid. Hlm 207
[10] Ibid 209
[11] Bdri Yatim,
...274
Komentar
Posting Komentar