SEJARAH PERADABAN ISLAM NUSANTARA






SEJARAH PERADABAN ISLAM DI NUSANTARA


A.      Pendahuluan
Membahas mengenai sejarah adalah hal yang wajib, kita tahu bahwa meahami sejarah adalah salah satu cara kita untuk memahami sesuatu hal atau keadaaan di dunia ini. Sejarah dapat memberi tahu kita mengenai terbentuknnya negara, politik, dan paham-paham yang dianut setiap negara. Sejarah juga mengajarkan bagaimana manusia itu berkembang dan berbenah diri dari masa ke masa berikutnya sehingga menjadi manusia yang seperti sekarang ini. Dalam sejarah umat manusia ada satu hal yang terus dibawanya, yakni kepercayaan tentang tuhan, bagaimana manusia hidup pastilah mereka mempunyai tuntutunan. Keyakinan disini berarti paham mengenai aturan yang dibuat oleh Tuhan Yang Maha Esa, kita tahu bahwa ada bermacam-macam agama dan kepercayaan di dunia ini. Negara indonesia mengenai keyakinan mengesahkan ada 6 agama yang diakui seperti Islam, Kristen, Katolik, Budha, kong wu chu dan Hindu sebagai agama yang sah. Dari sini dapat diketahui bahwa agama juga mempunyai sejarah yang sangat penting dalam perkembangan umat manusia.
Islam adalah agama yang menyeluruh atau universal, buktiya Islam dapat diterima di berbagai negara. Dalam kenyataannya agama Islam diterima dan ajarannya dianut hampir seluruh penduduk dunia, meskipun ada sebagian penduduk dunia beragama Kristen, dan yang lainnya. Hal itu memang setiap manusia diberi hak untuk memilih dan menentukan kpercayaan mereka masing-masing. Manusia dituntun dari hati nuraninya untuk memilih mana yang menurut mereka bagus maupun tidak dan baik buruk dalam meilih suatu perkara atau hal. Dari sinilah cara berpikir manusia dapat dibedakan, konsep mana dan hukum mana yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam sejarahnya islam datang ke Indonesia lama sekali sebelum kemerdekaan Indonesia di kumandangkan yakni sekitar abad ke-7. Dari sini kita tahu bahwa Islam di Indonesia bukan lagi sesuatu yang baru tapi Islam juga termasuk pembentuk sejarah negara Indonesia. Islam tidak hanya berpengaruh dari segi spiritualnya saja, namun juga berpengaruh dalam mengembangkan hukum negara dan perdagangan di Nusantara. Indonesia sampai era pasca revolusi islam sangat berpengaruh dalam membentuk negara ini,  hingga sekarang Islam adalah agama yang mayoritas dianut oleh warga negara indonesia. Maka sudah sepatutnya kita sebagai seorang yang terpelajar memahami bagaimana kedatangan islam di Nusantara atau di Indonesia dan bagaimana pengaruhnya terhadap sejarah Indonesia.



B.       Kedatangan Islam di Nusantara
Menurut Wan Husen Azmi dalam bukunya Dedi Supriyadi menerangkan bahwa teori kedatangan islam di Melayu ada tiga cara yakni:
1.      Teori Arab, yakni datangnya Islam secara langsung dari Arab, karena kebanyakan islam melayu berpegang pada madzhab Syafi’i.
2.      Teori India, yakni Islam datang dari India.
3.      Teori Cina, yakni Islam datang dari Cina.
Meskipun demikian jalannya para saudagar Arab itu sama yakni dari laut, dari Aden menelusuri pantai India barat dan selatan, atau jalan darat dari Khurasan kemudian melalui hutan, menyeberangi laut Cina Selatan masuk ke wilayah Nusantara melalui pesisir pantai semenanjung tanah melayu.[1]
Salah satu cara penyebaran Islam di Nusantara atau di Indonesia dengan jalur perdagangan, karena pada saat itu pedagang muslim posisi ekonominya kuat, mereka menguasai pelayaran dan perdagangan. Menurut Uka Tjandrasasmita dalam buku karangan Badri Yatim menerangkan bahwa ada beberapa cara islamisasi di Nusantara antara lain; (1) lewat jalur dagang, cara ini diambil karena sangat menguntungkan sebab pada saat itu para Raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan berdagang sehingga kesempatan islamisasi di Nusantara sangat luas. (2) Dengan cara perkawinan, yakni para pedagang muslim menikah dengan putri-putri bangsawan, sebelumnya putri-putri tersebut diislamkan terebih dahulu. (3) Dengan tasawuf, caranya yakni dengan tasawuf bentuk Islam yang diajarkan mempunyai kesamaan dengan keyakinan masyarakat pribumi saat itu. (4) Dengan pendidikan, yakni dengan diadakannya pesantren atau pondok yang diselenggarakan oleh guru agama, kyai, dan ulama. (5) Dengan kesenian, seperti Sunan Kalijaga yang memperkenalkan wayang dengan disisipi ucapan kalimat syahadad, dan kesenian lainnya seperti sastra, seni bangunan, dan seni ukir. (6) Dengan pengaruh politik, seperti di Maluku dan Sulawesi sekatan kebanyakan rakyat masuk  islam setetah rajanya memeluk islam.[2]

C.      Kerajaan-Kerajaan Islam Sebelum Penjajahan

1.      Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Sumatera
a.       Perlak
Perlak merupakan kerajaan pertama di Sumatra utara yang berkuasa pada tahun 225-692 H./ 840-1292 M. dengan raja pertamanya Sultan Aaliddin Syeh Maulana Abdul Aziz (225-249 H./ 840-864 M.). Pada awal kemunculannya Islam di Perlak menganut ajaran Syi’ah, kemudian pada masa pemerintahan Sultan Aliddin Syed Maulana Abbas Shah (285-300 H. / 888-913 M.), mulai masuk paham Ahlu Sunnah Wal Jamaah yang tidak disukai oleh Syi’ah sehingga Perlak menjadi dua bagian yakni Perlak pesisir, golongan Syi’ah dan Perlak pedalaman golongan Ahlu Sunnah Wal Jamaah, namun Perlak dapat bersatu kembali oleh Sultan Alaiddin Malik Ibrahim.
Sistem pemerintahan kerajaan Perlak pada dasarnya mengikuti oleh Daulah Abbasiyah, yaitu kepala pemerintahan dipegang oleh sultan dan dibawahi oleh wazir yaitu bidang politik, keamanan/pertahanan. Administrasi negara, ekonomi, dan kehakiman. Hal itu menunjukkan bahwa Islam kuat dalam kekuatan sosial agama maupun sebagai kekuatan sosial politik.[3]
b.      Samudra Pasai
Dalam buku yang dikarang oleh Badri Yatim, ia mengatakan bahwa Samudra Pasai adalah kerajaan islam yang merupakan kerajaan kembar.[4] Kembar disini bisa diartikan nama perlak, karena kerajaan perlak dipersatukan dengan kerajaan samudra pasai oleh pemerinahan Sultan Muhamas Malik Ad-Dzahir Ibn Al-Malik Ash-Shaleh (688-1254 H./1289-1326 M.). Dengan demikian , kerajaan Islam Perlak pada abad ke -13 sudah berada dalam kategori kerajaan Samudra Pasai yang dirintis oleh Malik Ash-Shaleh/Meurah Silo (659-688 H./1261-1289 M.).[5] Kerajaan Samudra Pasai takluk oleh Portugis pada tahun 1521, dan diduduki selama 3 tahun. Selanjutnya pada tahun 1524 kerajaan samudra pasai berada dibawah pengaruh kesultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam. [6]
c.       Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh dikenal sebagai kerajaan yang perkasa dan menjadi pusat penyebaran Islam yang besar di Nusantara. Kerajaan Aceh terletak didaerah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar. Kerajaan Aceh berdiri sekitar abad ke-15 M. Aceh menerima Islam dari Pasai yang menjadi bagian dari wilayah Aceh, kerajaan Aceh juga merupakan gabungan dari dua kerajaan kecil, yaitu Lamuri dan Aceh Dar Al-Kamal. Sultan pertama kerajaan Aceh Darussalam adalah Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1530). Sultan Ali Mughayat Syah banyak berjasa dalam berbagai aspek keislaman. Dalam hal politik sultan berupaya menghadang penjajah portugis kristen dengan menyatukan negara Islam dan diberi nama “Aceh Besar” (1514). Dalam budang pemerintahan, sultan telah meletakkan Islam sebagai asas pemerintahan. Dalam bidang dakwah dibangun pusat Islam yang megah, dihimpun para ulama dari juru dakwah, serta menyruh jihad memerangi berhala dan syirik.

2.      Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke-17. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di   Jawa Barat. Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
Adapun nama-nama Walisongo yakni, (1) Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim (2) Sunan Ampel atau Raden Rahmat (3) Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim (4) Sunan Drajat atau Raden Qasim (5) Sunan Kudus atau Jaffar Shadiq (6) Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin (7) Sunan Kalijaga atau Raden Said (8) Sunan Muria atau Raden Umar Said (9) Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah.  
Kerajaan kerajaan Islam di sebarkan oleh Wali Songo yang ada di Jawa adalah,


a.       Demak
Demak adalah kerajaan pertama di pulau Jawa. Kerajaan Demak dipimpin oleh Raden Patah berlangsung kira-kira di akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16. Pada masa Sultan Ahmad Abdullah Arifin (Sultan Trenggono) (1524-1546) Islam berkembang keseluruh tanah Jawa, mulai dari Sunda tahun 1527, pada tahun 1529 Demak berhasil menundukkan Madiun, Blora (1530), Surabaya (1531), Pasuruan (1535), dan antara tahun 1541-1542 Lamongan, Blitar, Wirasaba, dan Kediri (1544). Pada tahun 1546 sultan tenggarong terbunuh pada saaat penyerbuan ke Blambangan, lalu digantikan adiknya yaitu Prawoto namun masa pemerintahanya tidak lama karena Prawoto akhirnya dibunuh oleh Aria Penangsang dari Jipang pada tahun 1549 dan ini adalah akhir dari kerajaan Demak.
b.      Pajang
Kerajaan Pajang adalah pelanjutan dari kerajaan Islam Demak dengan sultan ppertamanya bernama Jaka Tingkir yang bergelar Sultan Adiwijaya. Selama memerintah, kesustraan dan kesenian keraton yang sudah maju di Demak dan Jepara lambat laun dikenal di pedalaman Jawa, pengaruh Islam yang kuat menjalar sampai kepedalaman. Sultan Pajang meninggal dunia pada tahun 1587, dan digantikan anaknyya bernama pangeran Banawa, akan tetapi masa kepemimpinan pangeran Banawa kerajaan pajang berada di bawah pimpinan kekuasaan Mataram. Akhir riwayat kerajaan Pajang pada tahun 1618, ketika Pajang memberontak kerajaan Mataram dan akhirnya Pajang dihancurkan.
c.       Mataram
Kerajaan mataram sebenarnya lahir ketika Sultan Adiwijaya dari Pajang meminta bantuan kepada Ki Pamanahan yang berasal dari daerah pedalaman untuk menghadapi dan menumpas pemberontakan Aria Penangsang tersebut. Sebagai hadiah atas keberhasilannya beliau diberi hadiah daerah Mataram kepada Ki Pamanahan yang kemudian menurunkan raja-raja Mataram Islam kemudian. Dalam sejarahnya kerajaan Mataram jatuh karena banyaknnya pemberontakan yang ada di dalam kerajaaan yang menginginkan kekuasaan.
d.      Cirebon
Kerajaan Cirebon adalah kerajaan pertama di Jawa Barat yang didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Cirebon merupakan daerah yang kecil dibawah pemerintahan raja Pajajaran. Sunan Gunung Jati adalah orang yang memajukan status Cirebon, beliaulah pendiri dinasti raja-raja Cirebon dan kemudian juga Banten. Setelah Cirebon  resmi berdiri sebagai kerajaaan Islam, Sunan Gunung Jati berusaha meruntuhkan kerajaan Pajajaran yang belum menganut Islam.
Dari Cirebon Sunan Gunung Jati mengembangkan Islam ke daerah-daerah lain di Jawa Barat seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Gauh), Sunda Kelapa, dan Banten. Setelah Sunan Gunung Jati wafat, ia digantika oleh cicitnya yakni Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu. Panembahan wafat digantikan oleh putranya pangeran Panembahan Girilaya. Ketuhan kerajaan Cirebon hanya sampai pangeran Girilaya saja, setelah itu Cirebon diperintah oleh dua putranya Panembahan Sepuh memimpin kasepuhan dengan gelar raja pertamanya Samsuddin dan Panembahan Anom memimpin kesulatanan anom dengan gelar Badruddin.
e.       Banten
Kerajaan Cirebon adalah hasil perjuangan dari Sunan Gunung Jati, kekuasaan banten diserahkan kepada putra Sunan Gunung Jati yaitu Hasanuddin. Ia meneruskan usahanya menyebarkan agam Islam di Banten. Setelah wafat Hasanuddin digantikan anaknya bernama Yusuf. Masa kekuasaan Yusuf, menaklukkan Pakuan yang saat itu beum masuk Islam dan menguasai daerah pedalam Jawa Barat. Setelah Yusuf meninggal digantikan oleh putranya Muhammad yang masih muda sehingga kekuasaan pemerintahan dipegang oleh kali (jaksa agung). Di masa Belanda masuk pada masa Sultan Abulfath Abdulfath terjadi beberapa peperangan Banten dan VOC (Vereeneigde Oost Indische Compagnie) sehingga berakhir dengan perjanjian perdamaian pada tahun 1659 M.
3.      Kerajaan-Kerajaan di Kalimantan Maluku, dan Sulawesi
a.       Kalimantan
Berbicara mengenai Kalimantan rasanya terlalu luas sehingga di Kalimantan ada dua  kerajaan yang berkuasaa pada saat itu yakni Banjar di Kalimantan Selatan dan Kutai di Kalimantan Timur. Awalnya kerajaan Banjar beragama hindu, namun berkat bantuan sultan Demak Trenggono Raja Banjar dan rakyatnya masuk Islam sehingga berdiri kerajaan Islam Banjar, dengan raja pertamanya Pangeran Samudra. Yang diberi gelar Suryanullah Atau Suriansah. Setelah itu daerah-daerah sekitarnya seperti, daerah Sambas, Batangla, Sukaciana dan Sambangan terjadi proses islamisasi. Tidak ketinggalan Kalimantan Timur (Kutai) pada tahun 1575, yaitu Tunggang Parangan mengislamkan raja mahkota. Sejak baginda raja masuk islam sehingga terjadilah proses islamisasi di Kutai dan sekitarnya.
b.      Maluku
Pada abad ke-10 dan ke-11, maluku sudah ramai perniagaan rempah-rempah, terutama cengkeh dan pala yang dilakukan oleh para pedagang Arab dan Persia. Tentunya dari situ sudah ada sentuhan pedagang Islam sehingga membentuk komunitas muslim dengan rakyat Maluku. Dengan derasnya gelombang pedagang muslim dan atas ajakan Datuk Maulana Husain, di Ternate Raja Gafi Bata menerima Islam dan namanya diganti menjadi Sultan Zaenal Abiddin. Di Tidore datang pendakwah dari Arab bernama Syekh Mansur dan atas ajakannya Raja Tidore yaitu Kolana masuk Islam dan berganti nama Sultan Jamaluddin. Di Ambon Islam datang dari Jawa Timur (Gresik) yang berpusat di pelabuhan Hitu. Di saat islamisasi berlangsung, portugis melancarkan Kristenisasi di Ternate namun usahanya digagalkan oleh Sultan Baabullah dengan menghancurkan benteng pertahanna Portugis di Ambon.
c.       Sulawesi
Di Sulawesi, Raja Gowa-Tallo, I Mangarangi Daeng Maurobia, atas ajakan Datuk Rianang masuk Islam dengan gelar Sultan Alauddin, Di Talo Raja I Malingkoan Daeng Kareng Katangkajuga masuk islam dengan gelar Sultan Abdullah setelah itu Islam tersebar ke Lawu, Waio, Soppeng Dan Bone.

D.      Kerajaan-Kerajaan Islam Masa Penjajahan
Situasi kerajaan-kerajaan Islam menjelang datangnya Belanda ke Indonesia berbeda-beda, bukan hanya politik namun juga proses islamisasi, di Sumatra penduduk sudah Islam sekitar tiga abad, sementara di Maluku dan Sulawesi proses islamisasi baru saja berlangsung.
Pada abad ke-10 seluruh Jawa Timur praktis sudah berada kekuasaan Mataram yang ketika itu di bawah Sultan Agung. pada masa pemerintahan Sultan Agung inilah, kontak-kontak bersenjata antara kerajaan Mataram dengan VOC mulai terjadi. Di Sulawesi pelabuhan Makasar berkembang dengan pesat. Letaknya memang strategis, yaitu tempat persinggahan ke Maluku, Filipina, Cina, Patani, Kepulauan Nusa Tenggara, dan kepulauan Indonesia Barat. Faktor lain yaitu blokade Belanda terhadap Malaka dihindari oleh pedagang-pedagang, baik Indonesia maupun India, Asia Barat dan Timur. Usaha Belanda untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku sangat tinggi, sehingga Maluku menjadi sentral bagi pedagang antara Malaka dan Maluku. Sementara itu Maluku, Banda, Seram, dan Ambon sebagai pangkal atau ujung perdagangan rempah-rempah menjadi sasaran pedagang barat menguasainya dengan monopolinya. Ternate dan Tidore dapat terus berhassil mengelak dominasi dari Portugis dan Spanyol namun ia mendapat ancaman dari Belanda yang datang kesana.
Latar belakang Belanda datang ke Indonesia untuk mengembangkan perdagangan yaitu mendapatkan rempah-rempah. Salah satu perseroan dagang adalah Veerenigde Osst Indische Compagnie (VOC). Dari sini jelas tujuan VOC tidak hanya berdagang saja namun juga melakukakn kegiatan politik salah satunya melakukan monopoli dagang. Belanda dengan ambisinya yang besar menjadikan VOC menguasi sebagian besar wilayah Indonesia, namun pada tahun 1798 dibubarkan karena mengalami kebangkrutan dan  kemunduran. Namun setelah VOC dibubarkan Indonesia secara resmi berpindah ketangan kekuasaan Belanda sepenuhnya. Belanda pada saat itu tidak memberikan perubahan yang berarti namun hanya memanfaatkan Indonesia untuk kepentingan mereka semata.
Perlawanan terhadap Belanda di Minangkabau yakni adanya Perang Paderi. Perang Paderi sebernarnya diprakarsai oleh oleh adaya adat sabung ayam di kampung batabuh sehingga kaum Paderi melawan kaum adat yang ada. Sebenarnya kaum adat mendukung kaum Paderi tantangan terberat kaum Paderi adalah melawan keturunan raja-raja tersebut. Dari sinilah mereka mungkin kuatir akan kehilangan pengaruhnya dikalangan rakyat sehingga kemudian mereka meminta bantuan pemerintah Hindia Belanda sehingga terbentuk perjanjian antara kaum adat dan Belanda. Sejak itulah kaum Paderi yang didukung oleh rakyat perang melawan pasukan Belanda yang didukung dengan persenjataan modern dan personil terlatih.
Kaum Paderi memperkuat benteng di Bonjol yang sekalihus berfungsi sebagai pusat pengumpulan logistik dengan dipimpin oleh Muhammad Syabab yang bergelar Tuanku Imam Bonjol. Dalam pertempuran pertama Belanda mengalami kesulitan sehingga meminta bantuan dari Batavia. Karena kesulitan Belanda mencari cara lain sehingga pada akhir pertempuran Paderi kalah dengan tipu muslihat dan kelicikan Belanda. Namun walupun paderi kalah oleh  Belanda tidak menyurutkan gerakan untuk memperkuat posisi agama, agama dijadikan adat di Minangkabau sebagai pola perilaku ideal sehngga islamisasi dilahirkan dari adat yang berlaku sementara adat yang bertentangan dianggap jahiliiyah.
Perang Diponegoro adalah perang yang terbesar di Jawa yang dihadapi Belanda . sebagai pangeran senior, Pangeran Diponegoro memberi nasihat amar ma’ruf nahi munkar kepada sultan. Peristiwa yang memicu Perang Diponegoro adalah rencana pemerintah Hindia Belanda untuk membuat jalan yang menerobos tanah milik Pangeran Diponegoro dan harus membongkar makam keramat. Sehingga pemerintah ingin menangkap Pangeran Diponegoro namun digagalkan oleh rakyat di Tegalrejo. Perlawanan terhadap Belanda memiliki maksud dan tujuan; mendirikan masyarakat yang bersendikan Islam dan membersihkan adat Jawa dari pengaruh barat. Tekad itu mematangkan para pengikutnya untuk melawa Belanda. Dalam perangnya Pangeran Diponegoro memakai taktik gerilya, namun usaha itu kelihatan sia-sia karena Belanda mempersempit ruang gerak pangeran,  taktik Belanda dengan menambah pasukannya sehingga pihak Diponegoro menjadi terjepit. Pada akhir peperangan Pangeran Diponegoro menyatakan bersedia berunding, namun pada perundingan itu Pangeran Diponegoro menuntut agar dapat mendirikan negara merdeka yang bersendikan Islam sehingga beliau di buang ke Menado dan dipindah keujung Pandang, Makasar, dipengasingan  inilah Panngeran Diponegoro meninggal dalam usia kurang lebih 70 tahun.
Perang Banjarmasin dengan pangeran Antasari sebagai pahlawan terkemuka dilatar belakangi oleh Belanda yang ikut campur tangan dalam penentuan siapa yang menjadi raja muda pengganti sultan. Ketika pemilihan siapa pengganti sultan ada satu calon yaitu pangeran Hidayat yang dikenal berbudi baik, cerdas, pandai bergaul, dan memerhatikan nasib rakyat. Namun Belanda tidak menyetujuinya dan memilih pangeran Tamjid dan secara paksa dinobatkan menjadi sultan muda. Pengangkatan tersebut menimbulkan kekecewaan terhadap rakyat, melihat kericuhan ini Belanda mengambil alih pemerintahan. Pengambil alihan inilah yang menjadi awal perang Banjarmasin berkobar yang dipimpin oleh pangeran Antasari dan beraggotakan 3000 orang penyerbu. Dalam pertempuran itu banyak pihak Belanda yang tewas, sehingga pada tahun 1862 pangeran Antasari memproklamasikan kemerdekaan pemerintahan Banjarmasin yang bebas dan merdeka.
Perang Aceh dilatar belakangi oleh terusan Suez yang dibuka sehingga Aceh menjadi urat nadi pelayaran internasional. Sementara itu imperialisme dan kapitalisme merajalela kondisi itu menjadikan pihak Belanda dan Inggris melakukan perundingan yang isinya tentang perluasan kekuasaan di Aceh. Momen inilah yang dijadikan Belanda untuk memaklumkan perang terhadap Aceh perang ini juga disebut perang rakyat, karena seluruh rakyat Aceh ikut perang melawan kolonial. Pada tahun 1890 gubernur Deykerhoff mendekati kaum bangswan karena bagi mereka para bangsawan dan pedagang dipandang sebagai pemberi dana bagi perang. Dengan taktik itu, teuku umar berpihak kepada belanda dan atas bantuannya belanda berhasil menundukkan mukim xxii, xxv, xxvi. Belanda menaruh kepercayaan besar padanya, namun beliau segera membelot setelah mendapatkan peralatan perang yang cukup lengkap. Dalam perang ini Teuku Umar gugur, dan perjuangannya dilanjut oleh istrinya  Cut Nya’ Din. Perang dilanjut oleh gerilya kelompok dan perorangan dengan perlawanan, penyerbuan, penghadangan dan pembunuhan tanpa komando dari pusat pemerintahan Kesultanan. Namun pihak Belanda menyandera istri dan anaknya sultan sehingga akhirnya ia menyerah pada Belanda, dan taktik yang sama dilakukan juga terhadap pangeran Polim sehingga terpaksa menyerah. Perlawanan terhadap Belanda masih berlanjut sampai Belanda meninggalkan Indonesia tahun 1942.[7]

E.       Islam Di Indonesia Pasca Kemerdekaan, Zaman Modern, dan Kontemporer
Pada masa ini lahirlah BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia), Islam di sini adalah golongan yang  memperjuangkan Islam sebagai dasar negara dalam sidang BPUPKI, bukan berarti mereka tidak nasionalis. Anggota lainnya adalah golongan nasional sekuler namun bukan atheis dan golongan priyayi Jawa.
Dalam perjalanan BPUPKI pada 7 agustus 1945 mengubah namanya menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang mengadakan sidang resmi dan tidak resmi di Jakarta, sidang resmi membicarakan tentang dasar negara, kewarganegaraan, serta rancangan Undang Undang Dasar, dan sidang tidak resmi membahas bentukan negara, wilayah negara, kewarganegaraan, RUUD, ekonomi, keuangan, pembelaan, pendidikan, dan pengajaran. Ketika membahas dasar negara itu terjadi berdebatan sengit antara golongan Islam dan nasional sekuler, dan pada akhirnya melahirkan piagam Jakarta atau Jakarta Center yang menunjukkan bahwa identitas Islam perlu jaminan secara konstituinal. Berangkat dari sini Indonesia bukan negara teokratis, tetapi juga bukan negara sekuler.
Sehari setelah prokklamasi kemerdekaan muncul persoalan baru bahwa gentelmentasi agreement yang dikemas dalam piagam Jakarta dimentahkan. Kedudukan Islam tidak bertambah kuat setelah Bung Karno dan Bung Hatta menjabat sebagai presidan dan wakil presiden. Kekalahan ini membuat golongan Islam berfikir mengenai partai politik yang dapat menjadi payung bagi organisasi islam. Dengan adanya maklumat pemerintah no. 10 tanngal 3 november 1945 tentang dibolehkannya membentuk partai-partai politik.
Pada saat menjamurnya parpol, umat Islam kompak menyatukan langkah dengan diadakan kongres umat Islam. Hasil dari kongres tersebut adalah para ulama mengeluarkan fatwa-fatwa fardu’ain untuk mempertahankan kemerdekaan dengan seruan jihat fisabilillah untuk melawan dan mengusir penjajah dari Indonesia. Hasil kongres yang tidak kalah pentingnya adalah umat Islam membentuk satu wadah yaitu partai politik Islam masyumi. Setelah Belanda dengan sekutu datang lagi menjajah Indonesia perjuangan masyumi pada saat revolusi hampir total, segala jenis perundingan yang diadakan Belanda ditolak karena menodai perjuangan. Namun peranan masyumi dalam kabinet pemerintahan pada masa revolusi mengalami naik turun sehingga persatuan umat Islam mulai retak. Sehingga tekad masyumi untuk bersatu padu menentang segala bentuk penyelewengan menjadi gagal.
Dilihat dari segi idiologis, partai-partai politik dapat dibedakan atas tiga jenis yakni:
1.      Ideologi Islam, yang diwakili oleh masyumi (lair 7 november 1945),  psii (keluar dari masyumi 1945), persatuan tarbiyah islamiyah (perti), dan NU (keluar dari masyumi 1952).
2.      Ideologi Nasional Sekuler, diwakili pni`
3.      Ideologi Maxis Sosialis, diwakili oleh partai sosial (lahir 7 november 1945), pki (7 november 1945), partai buruh indonesia (8 november 1945), partai rakyat sosialis (20 november 1945), dan partai-partai lainnya yang dapat diinterogasikan ke dalam mainstream idieologis diatas.[8]
Berakhirnya masa revolusi dan ditandai dengan penyebaran kedaulatan melalui konferensi meja bundar tanggal 23 agustus dan 2 november 1949 di Den Hag menunjukkan bahwa pentas politik Indonesia memasuki era baru dengan diterapkannya sistem demokrasi parlementer dan konstitusional UUD RIS 1949 yang kemudian diganti dengan UUD 1950. Selama kurun waktu antara tahun 1950-1955 parpol Islam mengalami pasang surut. Namun pada akhirnya kekuasaan negara diambil oleh presiden Soekarno dan militer sehingga eksistensi umat Islam untuk mewarnai negara dengan Islam mengalami kekalahan.
Dalam masa demokrasi terpimpin yakni demokrasi yang berdasarkan suatu ideologi yang memimpin dengan menentukan tujuan serta mencapainya.[9] Dalam masa ini terjadi krisis terhadap parpol Islam sehingga perjuangan parpol Islam berubah dari politik praktis ke politik ideologis. Timblunya pemusatan kekuasaan mengakibatkan terjadinya kristalisasi parpol Islam NU dan PSII sedangkan Perti diizinkan tetap eksis dengan masuk dalam jargon politik bung karno yakni NASAKOM (Nasional, Agama, dan Komunis). Karena tarikan yang sangat tegas ini menjadikan masyumi dibubarkan karena dianggap menentang ideologi.
Lalu, bagaimana dengan kebberadaan NU ?. Keterlibatan NU di dianggap sebelah mata, namun dalam perjalanannya posisi NU mengimbangi posisi PKI. Kolaborasi NU-Soekarno terus berlangssung hingga runtuhnya rezim demokrasi terpimpin ditandai dengan kudeta yang gagal melalui gerakan 30-s/pki tahun 1965. Berpegang pada mandat surat perintah tanggal 11 marret 1966 (supersemar) Soeharto mengambil langkah untuk menyelamatkan pemerintahan, sejak saat itu terbentuklah orde baru yang menggusur orde lama. Rezim ini mengambil kebijakan sekuler dengan penekanan terhadap pancasila sebagai prinsip-prinsip dasar negara dan masyarakat. Dengan demikian berakhirlah riwayat demokrasi terpimpin dan diganti era reformasi.[10]
Dalam perjalanana politik Islam pada masa orde baru sangatlah sulit karena ide negara Islam secara terus menerus dan konsisten ditolak. Hanya partai persatuan pembangunan (PPP), fusi dari partai Islam Permusi, NU, PSII, dan Perti) yang masih mempunyai ideologi atas ciri islam. Berbagai sandungan umat Islam dalam kancah politik sehingga mereka melakukan pendekatan lain dengan berusaha melaksanakan beberapa unsur Islam tertentu dari hukum dan dakwah Islam. Buah dari semua itu adalah munculnya oraganisasi Islam dari kalangan berpendidikan seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI tahun 1947), Pergerakan Mahaiswa Islam Indonesia (PMII yang awalanya dibawah NU), dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). [11]
Namun tidak boleh dilupakan semua itu terbentuk karena adanya departemen agama yang dibentuk sebagai konsesi umat Islam dalam mendorong kebangkitan islam tersebut. Serta peran Institusi Agama Islam Negeri (IAIN) yang berjasa menyiapkan guru-guru agama, pendakwah, dan mubaligh dalam kuantitas besar. Tidak hanya itu dua organisai Islam terbesar yakni Muhammadiyah dan NU terus diperhatikan oleh setiap kekuatan politik. Kebangkitan Islam dewasa ini bagaimanapun akan mempunyai dampak politik juga.
Sehingga sampai saat dimana zaman menjadi sangat canggih seperti saat ini Partai politik yang mempunyai ciri islam juga sangat perpengaruh dalam pembentukan karakter bangsa. Dakwah Islam semakin menggeliat di tanah air sampai keplosok-plosok desa. Sehingga Islam saat ini menjadi sangat besar di Indonesia akibat dari perjuangan secara terus menerus oleh para pelopor islam terdahulu.








F.       Kesimpulan
Bahwa Islam berjaya di Indonesia bukan tidak mungkin, buktinya Islam di tanah air saat ini sangat pesat perkembangannya. Pendakwah-pendakwah, dan ustad-ustad banyak yang bermunculan. Ilmu-ilmu agama yang di kemas dalam pendidikan juga banyak, mulai dari pendidikan usia dini, sekolah dasar, sampai perguruan tinggi demi melestarikan dan menjaga ajaran Islam agar tetap berjaya dan menjadi tutunan hidup yang pasti di negara ini. Meskipun begitu Islam bukan agama yang memaksa akan kehendaknya umat untuk di jadikan tuntunan di negara ini buktinya islam juga masih bersanding dengan agamnya yang lainnya.
Dari peristiwa itu dapat menjadi refleksi kita sebagai seorang yang sedang menuntut ilmu bahwa usaha yang gigih, dan sacara terus menerus tidak akan sia-sia. Perjuangan umat muslim sekarang juga sangat sulit karena zaman sekarang ini banyak informasi positif dan negatif yang sangat mudah didapat di internet. Sehingga kita sebagai umat Islam yang terdidik haruslah pandai dalam memilih informasi dan menentukan sikap kita terhadap sutau hal dengan bijak.






Daftar Pustaka
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2016)
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Rajagafindo Persada,2008)



[1] Dedi Supryiadi. Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2016), hlm. 191
[2] Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Rajagafindo Persada,2008), hlm. 200-203
[3] Ibid. hlm. 194
[4] Ibid. hlm.205
[5] Dedi Supryiadi. Sejarah Peradaban Islam..... hlm. 195
[6] Ibid. hlm. 205-208
[7] Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam... Hlm. 231-255

[8] Dedi Supriyadi ....Hlm. 201
[9] Ibid. Hlm 207
[10] Ibid 209
[11] Bdri Yatim, ...274

Komentar

Postingan Populer