PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KONTEKS HADIS


PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KONTEKS HADIS
OLEH : RIYANTO
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia dalam kehidupannya selalu hidup berdampingan dengan manusia lain. Tidak hanya itu, dunia ini juga penuh dengan kehidupan para binatang dan tumbuhan. Memang dalam hal kekinian jarang orang yang memperhatikan tingkah laku orang lain karena di era yang sangat pesat akan teknologi ini orang menjad lupa akan esensi kehidupannya. Terjadang mereka melupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti dalam kehidupan sekarang orang lebih banyak berinteraksi dengan smartphone dari pada berinteraksi dengan keluarga mereka.
Permasalahan itu sangan kompleks sekali dalam kehidupan ini. Pentingnya menanmkan pendidikan karakter sejak dini harus disadari oleh para pendidik dan orang tua. Salah satu karakter dari orang terpelajar adalah menghargai dan menghormati pendaoat orang lain. Oleh sebab itu mengenai ppendidikan karakter kita sebagai orang pelajar juga harus mengetahuinya agar teman ataupun saudara kita mengetahu akan makna saling menghormati dan menghargai. Di era sekarang ini memang banyak orang terpelajar namun masalahnya adakah orang terpelajar itu yang memiki karakter yang dapat di contoh ?, inilah pertanyaan yang sangat besar untuk kita semua. Pernah ada sebuah cerita bahwa ada orang yang sekolah sampai ke tingkat master namun kelakuannya masih seperti anak SD atau malah seperti anak TK, ini menggambarkan bahwa pentingnya kita mempelajari pendidikan karakter.
Pendidikan karakter adalah pondasi dalam kita berkomunikasi atau menunjukkan diri kita kepada orang lain. Karakter sesorang secara tidak langsung akan meggambarkan keadaan jiwa orang tersebut. Banyak perilaku  nabi Muhammad SAW yang dapat kita contoh, seperti sifat beliau yang amanah, jujur, sabar, dan lain sebainya. Dari hal tersebut terlihat bahwa pendidikan karakter sangatlah penting dimiliki oleh pelajar muslim. Berangkat dari sifat yang dimiliki nabi Muhammad SAW penulis ingin menunjukkan pentingnya pendidikan karakter yang didasari oleh hadist nabi.

B.     Rumusan masalah
Rumusan dalam makalah ini sebagai berikut.
1.      Apa pengertian pendidikan karakter ?
2.      Apa saja hadis tentang pendidikan karakter ?
C.     Tujuan masalah
Tujuan dalam makalah ini sebai berikut.
1.      Mengatahui pengertian pendidikan karakter,
2.      Mengetahui contoh pendidikan karakter dari hadis

BAB II
PEMBAAHASAN

A.    Pendidikan Karakter
1.      Pengertian Pendidikan
Sebelum kita membahas pendidikan karakter, terlebih dahulu harus mengetahui tentang pengertian pendidikan dan karakter itu sendiri. Kata pendidikan berasalah dari kata “didik” yang berarti “latih” dan “pelihara”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang atau usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.[1] Dalam upaya merubaha dari tidak bis menjadi bisa inilah manusia butuh yang namanya lembaga pendidikan. Lembaga-lembaga penddikan itulah yang nantinya akan menjadikan manusia mengerti apa-apa mengenai hal yang dibutuhkan dalam hidup atau setidaknya bis membaca dan menulis.
Dalam perkembangannya, istilah pendidikan berarti bimbingan dan pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang agar menjadi  dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih baik dalam arti mental. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.[2]
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembalajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan atau yang dikenal dengan pedagogis secara semantik berasal dari bahasa Yunani paidagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Berasal dari kata paedos yang berarti anak dan agogos yang berarti saya membimbing atau saya memimpin.[3] Secara luas pendidikan dapat diartikan segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam berbagai lingkungan  dan sepanjang hidup.
Dari banyak pengertian pendidikan diatas dapat diketahui bahwa inti dari pendidikan adalah proses belajar dan mengajar dari manusia satu terhadap manusia yang lainnya. Pendidikan dapat disimpulkan juga untuk membina kepribadian sesui dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan.[4]

2.      Pengertian Karakter
Pengertian karakter secara etimologis berasal dari bahasa Inggris, character, kata tersebut berasal dari bahasa Yunani (Greek), yaitu charasein yang berartito engrave”. Kata “to engrave” bisa diterjemahkan mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan.[5] Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “karakter” diartikan dengan sifat-sifat kejiwaan, tabiat, watak, akhlak atau budi pekerti yang membedakan sesorang dari yang lainnya.[6] Karakter juga bisa berarti huruf, angka, ruang, simbol khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik. Orang berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak.
Dengan demikian karakter juga dapat diartikan sebagai kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri, karakteristik, atau sifat khas dalam diri seseorang. Karakter bisa terbentuk melalui lingkungan, misalnya lingkungan keluarga pada masa kecil ataupun bawaan dari lahir. Ada yang berpendapat baik dan buruknya karakter manusia memanglah bawaan dari lahir. Jika jiwa bawaannya baik, maka manusia itu akan berkarakter baik. Tetapi  pendapat  itu  bisa  saja  salah.  Jika  pendapat  itu  benar,  maka pendidikan karakter tidak ada gunanya, karena tidak akan mungkin merubah karakter orang.

3.      Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan gerakan nasional untuk menciptakan sekolah yang membina generasi muda yang beretika, bertanggung jawab, dan peduli. Pendidikan karakter juga bukan hanya sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu, pendidikan ka- rakter adalah usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik (habituation) sehingga siswa mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan pengetahuan yang baik (moral knowing), perasaan yang baik atau loving good (moral feel- ing) dan perilaku yang baik (moral action).[7]
Sesuai yang sudah dibahas di atas bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembalajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Sedangkan karakter adalah kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri, karakteristik, atau sifat khas dalam diri seseorang.
Pakar ahli berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah sebuah usaha sadar untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan se- hari-hari sehingga mereka dapat memberi- kan kontribusi yang positif kepada lingkungan. Tokoh barat menyebutkan bahwa pendidikan karakter dimaknai sebagai:
Character education is the deliberate effort
to help people understand, care about, and act upon  core  ethical  values.  When  we  think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”.
Jadi,  pendidikan karakter merupa- kan usaha yang sungguh-sungguh untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika inti. Ketika kita berpikir tentang jenis karakter yang inginkan bagi anak-anak, jelas bahwa kita ingin mereka bisa menilai apa yang benar, peduli secara mendalam tentang apa yang benar, dan kemudian melakukan apa yang mereka yakini benar, bahkan dalam menghadapi tekanan dari luar dan godaan dari dalam.[8]

B.     Hadis Pendidikan Karakter
Pengertian hadis secara etimologi (lughawiyah) adalah komunikasi, kisah, percakapan: religius atau sekular, historis, atau kontemporer. Kalau secara terminologi pengertian hadis secara luas adalah sebagaimana dikatakan Muhammad Mahfudz At-Tirmidzi yang terdapat dalam buku karangan Agus Solahudin,

إِنَّ اْلحَدِيْثَ لاَ يُحْتَصُ بِاْلمَرْفُوْعِ إِلَيْهِ صَلَى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ بَلْجَاءَبِإِطْلاَقِهِ أَيْضًالِلْمَوْقُوْفِ (وَهُوَمَاأَضِيْفَ إلَى الصَّحَابِيِّ مِنْ قَوْل ٍأَوْنَحْوِهِ) وَالْمَقْتُوْعِ(وَهُوَمَاأُضِيْفَ لِلتَّابِعِى كَــــدَلِكَ)

Artinya: Sesungguhnya hadis bukan hanya yang dimarfukan kepada Nabi Muhammad SAW, melainkan dapat pula disebutkan pada yang mauquf (dinisbatkan pada perkataan dan sebagainya dari sahabat) dan maqthu’ (dinisbatkan pada perkataan dan sebagainya dari tabiin).[9]
Dalam kehidupan bermasyarakat kita mengetahui dan melihat bahwa karakter seseorang sangat beragam dan antara satu dengan yang lainnya itu bersifat unik. Pengertian hadis menurut para ulama adalah segala berita yang berkenaan dengan sabda, perbuatan taqrir, dan hal ikwal (segala sifat dan keadaan pribadi) Nabi Muhammad SAW.[10] Berawal dari sini rosulullah dalam sabdanya
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ وَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ الْآيَةَ.
Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, "Rasulullah SAW telah bersabda, 'Seorang bayi tidak dilahirkan {ke dunia ini} melainkan ia berada dalam kesucian {fitrah}. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat?' Lalu Abu Hurairah berkata, "Apabila kalian mau, maka bacalah firman Allah SWT yang berbunyi: '...tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah.' (Qs. Ar-Ruum (30): 30). (HR. Muslim)
Hadis diatas menjelaskan banyak hal mengenai pendidikan dan karakter yang diperlukan oeh anak dan seluruh umatnya untuk menjalani kehidupan bermasyarakat ini. Dalam hal ini pentingnya orang tua menanamkan anak hal hal yang positif yang dapat membangun atau dapat menjadikan anak tersebut baik dalam hal perilaku atau karakternya. Sebagai contoh pendidikan karakter yaitu amanah dalam mengemban tugas, jujur, menahan marah, menghormati orang tua, menghormati teman, dan menghormati guru dan masih banyak lagi.
Dari contoh diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa mengenai pendidikan karakter sebenarnya tidak luput dari perhatian nabi muhammad SAW, mengingat jaman sekarang ini perilaku perilaku masyarakat modern sangat jauh dari kata berkarakter sehingga pendidikan karakter sangatlah diperlukan dalam membentuk karakter manusia yang sesungguhnya.
Seperti dibawah ini beberapa hadis yang dapat dijadikan renungan dalam membahas mengenai pendidikan karakter.

1.      Menahan Marah
Pendidikan karakter mengajarkan pada kita janganlah suka marah, artinya manusia yang berkarakter atau berpendidikan adalah manusia yang dapat menahan emosi atau amarahnya sehingga dalam mengambil kesimpulan atau mendapatkan suatu masalah yang pelik dapat mengatasinya dengan lapang dada, atau dengan kepala dingin.
حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرٍ هُوَ ابْنُ عَيَّاشٍ عَنْ أَبِي حَصِينٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ
Telah menceritakan kepadaku Yahya bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Abu Bakr yaitu Ibnu Ayyasy dari Abu Hashin dari Abu Shalih dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; "Berilah aku wasiat?" beliau bersabda: "Janganlah kamu marah." Laki-laki itu mengulangi kata-katanya, beliau tetap bersabda: "Janganlah kamu marah."(HR. Bukhari)[11]
Hadis ini menjelaskan bahwa tidak marah atau mampu menahan marah adalah ciri utama orang-orang yang sabar. Kesabaran hakikatnya adalah mampu mengendelikan dan mengontrol nafsunya, mampu menjaga perilakunya, mampu menjaga lisannya, mampu menggunakan anggota tubuhnya dan mampu menangani segala persoalan hidupnya. Hal ini karena ia yakin dengan a’naul yaqin dan haqqul yakin, bahwa semua ini adalah ujian yang harus diterimanya dengan ikhlas, sabar, dan hanya orang-orang yang sabar dan ikhlas yang akan mendapatkan keuntungan besar dalam kehidupnya di dunia dan akhirat. Dengan demikian, orang yang sabar adalah orang yang memberi maaf atas kesalahan orang lain.
Begitu pentingnya makna menahan marah atau sabar tersebut dalam pendidikan, maka dari itu pendidikan karakter haruslah dapat mencetak anak didik yang berwatak sabar. Sabar disisni dijelakan dalam banyak hal dari sabar akan ujian yang sedang diterimnya sampai sabar dalam melakukan amalan atau syariat agamanya yakni agama islam. Dari sisni dapat diketahui bahwa sabar dan selalu menahan marah adalah sifat yang terpuji yang diharapkan rosullullah SAW kepada umatnya, agar umatnya selalu sabar dan ikhlas apa yang sudah digariskan dan selalu berusaha sebaik-baiknya dalam menjalaninya.

2.      Bersifat Jujur
Jujur adalah kunci dalam meraih kesuksesan, dengan bersikap  jujur adalah sifat terpuji. Nabi muhammad SAW Dalam hadisnya bersabda seperti dibawah ini.

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Abu Wa`il dari Abdullah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu akan membimbing ke surga, sesungguhnya jika seseorang yang senantiasa berlaku jujur hingga ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Dan sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta sehingga akan dicatat baginya sebagai seorang pendusta."( HR. Bukhari)[12]
Dalam hadis yang diriwayatkan imam muslim menerangkan bahwa
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
Dari Abdullah bin Mas'ud RA, dia berkata, "Rasulullah SAW telah bersabda, 'Kalian harus berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu akan membimbing kepada kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan memelihara kejujuran, maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi Allah. Dan hindarilah dusta, karena sesungguhnya kedustaan itu akan menggiring kepada kejahatan dan kejahatan itu akan menjerumuskan ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai pendusta di sisi Allah.'" (HR. Muslim)
Dari dua hadis yang diriwayatkan diatas, Setiap ucapan dari mulut manis manusia memiliki dua kemungkinan jujur atau dusta. Jika jujur yang keluar maka akan berdampak baik dalam setiap perkataannya, dan sebaliknya, jika dusta yang keluar dari ucapannya, maka kecelaakaan dan siksa Allah yang kelak akan ditimpakan padanya. Manusia tinggl memilih kebaikan apa kecelakaan, secara umum manusia akan memilih kebaikan namun ucapannya yang sering keluar adalah kebhonngan dan dusta. Dalam pengertiannya kejujuran adalah suatu ketenangan sedangkan dusta adalah suatu keraguan dan kebimbangan. Orang yang jujur tidak pernah takut menghadapi risiko yang dihadapinya. Hanya orang yang jujurlah yang akan selamat dari siksa dan kehancuran serta ia yakin kejujurannya pasti akan dicatatat oleh Allah sebagai orang yang selalu jujur (siddiq).
Menanamkan karakter jujur adalah wajib bagi orang yang lebih tua atau sebagai pendidik mengingat pentingnya berperilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari sangat diperlukan. Sifat jujur akan membawa orang kedalam kebaikan seperti yang diterangkan diatas, kebaikan disini bisa berarti kebaikan untuk diri sendiri ataupun kebaikan untuk orang disekitar kita. Sekarang ini kita tahu bahwa sangat maraknya kasus suap menyuap dan korupsi itu adalah perilaku ketidak jujuran yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dampak dari keidak jujuran akibat perilaku korupsi bisa terlihat sangat jelas bahwa sarana prasarana seharusnya di bangun dengan kokoh menjadi sangat rapuh, sehingga dampakknya pada masyarakat pengguna jalan, dan masih banyak contoh lainnya.
Dari sini dapat kita ketahui bahwa jujur itu berawal dari diri sendiri dan yng memoengaruhinya adalah lingkungan keluarga dan masyarakat dimana orang tersebut tinggal atau menetap. Sebagai orang yang terdidik kita seharusnya bisa berlaku jujur, bukan berperilaku sebaliknya. Jujur akan membawa kedamaian dan keuntungan bagi kita, baik itu di dunia maupun di akhirat kelak. Dalam arti yang luas jujur harus ditanamkan dalam diri kita dan penerus bangsa sejak dini, mulai dari mereka mulai belajar mengeja samapi mereka bisa melakukan semua hal sendiri periaku jujur harus ditanamnkan, diharapkan kelak dapat memiliki sifat jujur tersebut.




3.      Kerja keras
Dalam kehidupan sehari-hari bahwa bersikap selalu optimis dan selalu bekerja keras sangatlah dianjurkan seperti hadis dibawah ini.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا.
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda, "Segeralah kamu berbuat kebaikan sebelum terjadinya berbagai fitnah, bagaikan malam yang gelap. Yang pada saat itu seseorang yang beriman pada pagi hari akan dapat menjadi kafir pada sore harinya. Dan orang yang beriman pada sore hari dapat menjadi kafir pada pagi harinya. Selain itu, ia juga menjual agamanya dengan harta benda dunia" (HR. Muslim)
Hakikat hidup di dunia ini adalah sebuah usaha  dan perjuangan. Pernyataan ini terlihat ketika indonesia melawan penjajah, mereka sangat gigh dalam bertempur. Pada awal pembentukan PETA (Pembela Tanah Air) sangatlah hati-hati, karena saat itu seluruh wilaya indonesia diduduki jepang, ini adalah awal mempersiapkan kemerdekaan. Meskipun secara teoritis orang indonesia yang sederhana, tidak berpendidikan dan bersifat kekanak-kanakan itu mudah diperlakukan sesuai kehendak jepang. Ketika Komandan jepang menyetujui pembentukan PETA, ini merupakan suatu kesempatan bagi masyarakat yang tidak terlatih menjadi tentara andal.[13]
Dari pernyataan diatas dapat kita ketahui bahwa kerja keras sangatlah penting, tidak hanya perjuangan melawan penjajah namun juga kerja keras dalam menghadapi tantangan hidup. Ketika kita mempunyai pendirian bahwa dalam setiap pekerjaan selalu ita kerjakan dengan sungguh-sungguh dan tanpa mengeluh, pastinya kita akan mendapatkan hasil yang sempurna atau sesuai dengan keinginan kita. Seperti kemerdaan indonesia tersebut terwujud karena para pendahulu kita atau para pejuang kemerdekaan tersebut berjuang dengan sekuat tenaga dan dengan kerja keras mereka. Kerja keras tidaklah merugikan karena ketika kita bersunguh sungguh kita akan menikmati hasilnya dengan perasaan bangga.
Kerja keras dibutuhkan dalam aktivitas kehidupan, kerja keras dalam bekerja, belajar, beribadah, dan aktivitas lainnya yang bersifat positif, ia akan meninggalkan jauh-jauh pekerjaan yang tidak ada gunanya sama sekali. Bekerja keras adalah bekerja dengan gigih dan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu kepuasan diri. Bekerja keras juga bentuk sikap berpikir sunguh sungguh dalam melaksanakan pekerjaannya. Kerja keras yaitu bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan atau prestasi, kemudian disertai dengan berserah diri (tawakal) kepada Allah SWT., baik untuk kepentingan dunia maupun akhirat. Dengan demikian kita harus bekerja keras dalam memenuhi kewajiban kepada Allah berupa ibadah, dan kewajiban kepada keluarga berupa mencari nafkah.[14] 

4.      Memuliakan Tetangga
Memuliakan tetangga adalah ha yang harus kita lakukan karena tetangga bagaikan keluarga sendiri seperti hadis dibawah ini.
حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ قِيلَ وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَايِقَهُ تَابَعَهُ شَبَابَةُ وَأَسَدُ بْنُ مُوسَى وَقَالَ حُمَيْدُ بْنُ الْأَسْوَدِ وَعُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ عَيَّاشٍ وَشُعَيْبُ بْنُ إِسْحَاقَ عَنْ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
Telah menceritakan kepada kami Ashim bin Ali telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi'ib dari Sa'id dari Abu Syuraih bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Allah, tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman." Ditanyakan kepada beliau; "Siapa yang tidak beriman wahai Rasulullah?" beliau bersabda: "Yaitu orang yang tetangganya tidak merasa aman dengan gangguannya." Riwayat ini dikuatkan pula oleh Syababah dan Asad bin Musa. Dan berkata Humaid bin Al Aswad, Utsman bin Umar, Abu Bakr bin 'Ayyasy dan Syu'aib bin Ishaq dari Ibnu Abu Dzi'b dari Al Maqburi dari Abu Hurairah."( HR. Bukhari)
Memuliakan tetangga adalah bagian dari keimanan seseorang kepada Allah SWT. Dengan berperilaku baik dengan tetangga, secara tidak langsung sesorang telah menjalin tali persaudaraan kepada sesama umat. Berbaik kepada tetangga janganlah memandang itu muslim namun berbaik hatilah kepada non muslim karena semuanya adalah ciptaan Allah hanya saja mereka berbeda keyakinan terkait dengan agamanya.[15]
Tetangga merupakan orang terdekat setelah keluarga kita, tetangga juga orang yang tahu betul kondisi kita, dan jika kita ditimpa kesulitan, maka tetanggalah yaang terlebih dahulu membantu kita.








BAB III
PENUTUP
C.      Kesimpulan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembalajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Sedangkan karakter adalah kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri, karakteristik, atau sifat khas dalam diri seseorang.
Pendidikan karakter dalam islam sebagai dicontohkan hadis diatas sangatlah penting. Bahwa tidak marah atau mampu menahan marah adalah ciri utama orang-orang yang sabar. Kesabaran hakikatnya adalah mampu mengendelikan dan mengontrol nafsunya, mampu menjaga perilakunya, mampu menjaga lisannya, mampu menggunakan anggota tubuhnya dan mampu menangani segala persoalan hidupnya. Jujur juga sangatlah penting, setiap ucapan dari mulut manis manusia memiliki dua kemungkinan jujur atau dusta. Jika jujur yang keluar maka akan berdampak baik dalam setiap perkataannya, dan sebaliknya, jika dusta yang keluar dari ucapannya, maka kecelaakaan dan siksa Allah yang kelak akan ditimpakan padanya.
Kerja keras juga sangatlah penting, tidak hanya perjuangan melawan penjajah namun juga kerja keras dalam menghadapi tantangan hidup. Ketika kita mempunyai pendirian bahwa dalam setiap pekerjaan selalu ita kerjakan dengan sungguh-sungguh dan tanpa mengeluh, pastinya kita akan mendapatkan hasil yang sempurna atau sesuai dengan keinginan kita. Selain itu memuliakan tetangga juga wujud dari kerja keras karena tetangga merupakan orang terdekat setelah keluarga kita, tetangga juga orang yang tahu betul kondisi kita, dan jika kita ditimpa kesulitan, maka tetanggalah yaang terlebih dahulu membantu kita.

Daftar Pustaka
Adams, Cindy. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. 2011.
Yogyakarta: Yayasan Bung Karno
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Hasbiyallah dan Moh. Sulhan. Hadis Tarbawi. 2015. Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA
Kurniadin, Didin dan Imam Machali. Manajemen Pendidikan: Konsep dan
Prinsip Pengelolaan Pendidikan. 2016. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA
Musrifah, Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam, (Jurnal Edukasia
Islamika: Volume I, Nomor 1, Desember 2016/1438)
Safitri,Novika Malinda, Implementasi Pendidikan Karakter melalui Kultur
Sekolah di SMP N 14 Yogyakarta, (Jurnal Pendidikan Karakter,  Tahun V,
Nomor 2, Oktober 2015)
Solahudin, Agus dan Agus Suyadi. Ulumul Hadis. 2013. Bandung:
CV PUSTAKA SETIA.



[1] Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.  Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 326
[2] Musrifah,Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam, Jurnal Edukasia Islamika: Volume I, Nomor 1, Desember 2016/1438. hlm. 121
[3] Didin Kurniadin dan Imam Machali. Manajemen Pendidikan: Konsep dan Prinsip Pengelolaan Pendidikan. 2016. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA. hlm. 111
[4] Ibid. hlm. 113
[5] Musrifah,Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam, Jurnal Edukasia Islamika: Volume I, Nomor 1, Desember 2016/1438. hlm. 122
[6] Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 623

[7] Novika Malinda Safitri. Implementasi Pendidikan Karakter melalui Kultur Sekolah di SMP N 14 Yogyakarta, (Jurnal Pendidikan Karakter,  Tahun V, Nomor 2, Oktober 2015). hlm. 174
[8] Novika Malinda Safitri. Implementasi Pendidikan Karakter melalui Kultur Sekolah di SMP N 14 Yogyakarta, (Jurnal Pendidikan Karakter,  Tahun V, Nomor 2, Oktober 2015). hlm. 176
[9] Agus solahudin dan Agus Suyadi. Ulumul Hadis. 2013. Bandung: CV PUSTAKA SETIA. hlm.17
[10] Ibid. hlm. 17
[11] Hasbiyallah dan Moh. Sulhan. Hadis Tarbawi. 2015. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA. hlm. 75
[12] Hasbiyallah dan Moh. Sulhan. Hadis Tarbawi. 2015. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA. hlm. 76
[13] Cindy Adams, bung karno penyambung lidah rakyat indonesia. (yogyakarta: yayasan bungkarno, 2011)Hal. 225
[14] Hasbiyallah dan Moh. Sulhan. Hadis Tarbawi. 2015. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA. hlm.85
[15] Hasbiyallah dan Moh. Sulhan. Hadis Tarbawi. 2015. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA. hlm. 100

Komentar

Postingan Populer