Wedang kopi dan kehidupan
Kopi sering kita temu di manapun dan kapanpun. Campuran air gula dan bubuk kopi menjadikan minuman ini menjadi nikmat untuk segala kalangan. Muda mudi sampai orang tua pun sangat menyukainya. Sampai sampai setiap tamu laki-laki yang datang ke rumah seseorang disuguhkan dengan kopi tanpa tamu itu ditanya. Memang rasanya nikmat dan sangat membuat pecah suasana.
Wedang kopi sering dikaitkan dengan kehidupan. Sifat itu memang kontradiktif dari keduanya. Kopi yang notabene benda mati atau padat. Sedang kehidupan adalah sifat dari sebuah mahkluk yang dinyatakan dengan bernyawa dan bergerak. Kehidupan menghasilkan sebuah ekstensi yang disebut mahkluk hidup, selanjutnya mereka berfikir dan bergerak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan itu hadir melalui sosial dan singgungan akan kehidupan itu sendiri. Mulai dari makan, minum, berteduh, sampai soal lawan jenis.
Kopi memang sudah menjadi komoditas yang bersifat mempersatukan kaum. Dimisalkan diatas bahwa olahan kopi bisa dinikmati semua kalangan. Wedang kopu serat akan makna hidupnya makhluk di bumi ini. Kita bisa melihatnya dari tampilan luarnya dan merasakan sensasi pahit manisnya. Kalo saya menjabarkannya gelap tampilan itu tak cukup mewakili rasa yang akan tercipta. Kopi diibaratkan manusia, kadang yang terlihat manis akan terasa pahit namun ada juga sebaliknya.
Kopi dicampur dengan air dan gula yang cukup akan menghasilkan nikmat. Jika terlalu banyak manis/gula akan tidak terasa kopinya malahan itu airgula yang menghitam. Ada juga yang terlalu banyak kopi dalam sebuah seduhan wedah tersebut maka akan terasa pahit. Ada pula yang tak mengerti takaran sehingga warna kopi tidak terlihat hanya menunjukkan wujud bening serta gula yang mengendap didasar gelas.
Kondisi itulah yang akan dialami dalam kehidupan manusia. Hidup harus seimbang. Antara ibadah, sedekah, hubungan sosial, dan cara menghasilkan nafkah yang halal. Jika kita terlalu berat sebelah saja akan tenggelam yang lainnya. Apalagi ketika manusia itu tidak melakukan apa-apa untuk dirinya mungkin warnanya sedikit terang tidak pekat.
Apa yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini sesuai pengalaman. Beberapa tahun belakangan ini saya merasa sedikit kurang percaya diri. Namun setelah saya koreksi dan introspeksi diri ternyata itu semua salah. Hidup harus terus berjalan, terus berkarya. Benar apa yang dikatakan ibu saya, "urip kui kudu migunani" (hidup.itu harus berguna). Meski kebergunaan itu hanya sebatas teman curhat tidak masalah, selagi itu akan bisa membantu dalam kehidupan seseorang.
Selamat membaca jangan lupa tinggalkan komentar ya.
keren sekali, penikmat kopi sejati.
BalasHapusada pesan ibu,. terimakasih sdh berkenan sharing
BalasHapusInjih bu terimakasih hhh
HapusMantab
BalasHapusMaafkan author yang Slow respon hhhh
BalasHapus