puisi esai

Mata rantai

Sekian aku sudah terbiasa
Perjalanan cita cinta
Dari susah menjadi senang
Dulu aku membayangkan saja tidak mampu
Namun sekarang aku sudah memeluknya
Berjibaku dengan lumpur oli dan minyak kanvas
Sudah pernah ku jelajai
Sampai pada waktunya 
Aku berbalik arah
Banyak kata bercucuran lewat mulut mereka
Media tak berdosa menjadi bahan canda tawa
Sarkas dari kiri kanan
Menghujat menikam impian
Siapa kuat dari mereka? 
Untung saja pikiranku meski terkadang diriku goyah
Tak apalah aku sudah menuntaskannya
Dari awal aku menapakkan kaki dijalan bebas
Sudah ada loncakan penolakan
Sepertinya aku memang hidup sebagai kasta rendah
Ah ini Indonesia
Apapun bisa terjadi
Sampai waktu itu
Ingatku pendaftaran salah satu jenjang mulai tutup
Aku memberanikan diri
Menulis namaku didepan guru besar
Waktu bergulir dengan cepat
Sampai aku iri dengan kata gratis
Siapa yang tidak mau
Tapi kenyataanya tidak ada yang gratis di dunia ini
Begitupun dengan hidup kita
Perjalanan ku baru dimulai , nantinya tiga tahun kemudian aku harus lulus
Hari ku habiskan dengan buku
Tapi banyak nongkrong di warung kopi 
Membahas perkara sosial sampai perkara sensual
Ah apalah arti pertemanan jika hanya dibangun lewat bangku
Guru besar itu sesekali mencela
Ku hiraukan dia
Minggu berganti dengan tugas tugas entah apa itu
Sejatinya aku hanya anak yang maha sibuk
Sibuk dengan agenda bukan kampus
Hanya organisasi non partai kecil
Yang bermukim dalam kampus
Aku juga pernah masuh dalam rajanya organisasi 
Tapi tidak menjadi seorang alpha
Aku hanya bagian di dalamnya 
Minggu sudah berganti bulan dan akhir dari semuanya belum berakhir
Bulan bulan itu sulit bagiku
Sudah tidak ada gratis lagi untuk jiwaku
Aku harus membagi waktu untuk uang
sampailah pada tahun penentuan 
Tuan dan nyonya sekalian marah
Karena aku terlambat
Sampai aku tidak diberi waktu 
Mengais ngais uang lagi
Semester terlambat ini aku gunakan untuk menyelesaikan 
Bukan tugas
Namun kisah Asmara yang tertunda
Titil terlemah dalam diriku
Suatu hari aku dipanggil
Seorang killer yang ramah
Ya bapak ketua jurusan
Ditanyai aku dengan pedas
Bapak. AGUS namanya
"Mau.kamu.apa?"
Jawabku. Tegas "Lulus"
Di menimpal dengan lantang juga
"Kuliah yang benar nanti saya kasih.lulus"
Siap jawabku gerutu dengan syarat bahwa hanya absensi tanpa tugas
Beliau menjawab itu adalah yang terpenting bagi seorang pelajar
Usai. Sudah pertemuan itu
Dengan lega aku menjalani hari hari 
Sisa sisa. Menjadi bulian dikelas
Dengan tampang sangar aku duduk dibangku depan
Dengan senyuman tipis 
Mahasiswa semester tua. 
Akhirnya aku lulus
Dengan sendirian ibu ibu kritikus karyaku
Kamu lulus juga ya
Matakau terbelalak sampai tidak bisa melihat jalan
Sebuah akhir pekan di tahun itu yang membanggakan. 

9 jan 2021

Komentar

Postingan Populer