Gerakan dalam Makna
Pukul 18.30 WIB saya bertolak dari kediaman saya menuju rumah beliau. Sekitar 30 menit perjalanan saya dan kawan-kawan sampai di rumah beliau. Dari kejauan tepatnya parkiran motor rumah beliau sudah terlihat seseorang yang dengan gaya santainya memegang handphone dengan kaos serta celana pendek. Saya beregas menyapa beliau, tapi tetap saja didahului, " dek riyan, pinarak" ( dek riyan silakan masuk). Melihat saya dengan beberapa teman beliau bergegas mengganti pakaiannya dengan ciri khas pegawai dinas.
Beliau akrab di panggil mas BK oleh kawan-kawan organisasi. Bambang Setio Kardjono nama lengkap sekaligus nama yang selalu memberikan inspirasi untuk kawan-kawan dalam berjuang menempuh pendidikan serta berorganisasi. Beliau sangat intens dalam hal ikhwal kebudayaan, apalagi menyangkut kebudayaan lokal terutama yg ada di Tulungagung. Di mata saya beliau adalah seorang penggagas sekaligus penggerak kaum muda. Ya, kalah dilihat memang fisiknya sudah tua, namun pikirannya menolak untuk menua. Dari sudut kursi itu beliau selalu memegang sebatang rokok dan sesekali korek api itu masih dipenganya. Kebiasaan merokok dan memegang korek memang menjadi ciri khas beliau dalam berdiskusi.
Malam itu membahas banyak hal, mulai dari kampus sampai Tulungagung di masa depan. Beliau berkata "anak muda khususnya mahasiswa sekarang harus punya 'bergenning power'/ daya tarik dalam segala hal dan harus berfokus pada tujuannya". Saya memaknai bahwa mejadin seorang yang intelektual kita mengemban amanahnya masing-masing sesuai bidangnya. Namun, selain bidang kita tidak menutup kemungkinan untuk mencoba dan menjajal bidang lainnya.
Perbincangan itu sampai pada tengah malam. Saya mendapat kesimpulan bahwa menjadi mahasiswa harus punya koneksi dan koneksi itu harus bersinergi serta selaras dengan apa yang dituju. Apalagi menjadi seorang aktivis gerakan, kita butuh yang namanya wadah gerakan entah apapun itu dan apapun wujudnya.
Diskusi adalah hal yang wajib dijalankan. Mencari seseorang yang "simetris" (kata beliau) itu wajib. Dengan adanya kesimetrisan antara keduanya akan melahirkan pikiran pikiran baru yang menyegarkan dan menambah kasanah perbendaharaan kata serta data dalam menciptakan pribadi gerakan yang utuh.
Gerakan tidak hanya ditafairi dengan kata "ayo dan oh ya" namun harus dimaknai dengan apa sumbangsih kita?. Seperti beliau mengatakan "Bagaimana kita menjalankan roda organisasi itu bertumpu pada progam dan wujud organisasi tersebut, kalau masalah politik itu jelas. Sehingga apa yang nampak nyata belum tentu sesuai dengan apa yang di cita citakan. Sinergitas antar gerakan dan aktivitas kampus haruslah sejalan. Aktivitas itu akan membawa kita menjadi seorang organisatoris sejati tanpa keraguan sedikitpun.
Tirulah cara beliau dalam menganalisis sesuatu jangan tiru apa yang menjadi pemicu kebencianmu. Setiap senior apa kutubnya masing masing. Tinggal bagaimana kita melihat dan memaknai kutub tersebut.
Kita nanti juga akan menjadi senior, pasti itu. Mau menjadi seorang senior yang acuh atau tidak itu pilihan kita namun kita harus menjadi poros dan bisa menempatkan diri. Jika ingin aman kita lebih baik tinggal di daerah yang tidak asing dengan jiwa kita. Kutub Utara memang dingin namun Selatan lebih ganas dan di tengah kita lebih imbang. Semoga kita semua menjadi pribadi tanggung dan menjadi sosok yang nasional sejati tanpa ada istilah teledor.
11 november 2020 teras rumah
Komentar
Posting Komentar