Orang Bijak
Bijak tidak hanya tentang baik dan buruk. Apalagi dengan tanda hitam dan putih. Bijak tidak selalu tentang siapa yang benar dan salah. Mengenai hal yg sangat tidak wajarpun harus bijak. Bijak sering di sematkan dengan orang yang memiliki kesopanan dan kelembutan hati.
Memang benar, rata rata orang bijak adalah orang yang penyabar dan sangat tahu benar dan salahnya. Terkadang pula orang bijak digambarkan dengan sesosok yang sangat pandai dalam hal agama. Ada juga yang disematkan kepada orang yang pandai dalam Hal Ilmu pengetahuan. Pandai dalam segala bidang bisa juga disebutkan orang bijak. Itu sematan sematan yg melekat pada orang bijak. Dan ada satu lagi orang bijak karena dituakan.
Lalu bagaimana nasib orang yang tidak masuk dalam kriteria di atas. Apakah bisa dikatakan bijak? Tentu ini menjadi perdebatan ketika kita tidak mengenal satu persatu orang itu. Bijak menurutku tidak memandang siapa orangnya. Bijak adalah tentang bagaimana orang itu menyikapi masalah. Bijak adalah tentang bagaimana ia bisa menjadi percontohan orang lain tanpa menyakiti dan tanpa alasan apapun melakukan kebaikan.
Terkadang orang memandang penampilan dan kesan pertama mereka terhadap seseorang. Keduanya itu menjadi tolak ukur orang itu bijak. Padahal itu belum tentu benar. Ada kalanya sebelum kita menyebut mereka bijak harus mengenal siapa dia dan dari mana asalnya bagaimana khazanah keilmuannya. Apakah hal hal tersebut sudah sesuai atau masih ada yg mengganjal. Itulah yang harus diperhatikan sebelum kita menyebutkan orang lain bijak. Lalu sudahkan kita bijak dengan diri kita sendiri. Aku pun menjawab masih belajar untuk proses kearah situ. Bagaimana dengan anda.
Setiap orang berhak memiliki pengakuan. Apalagi pengakuan bijak, cakap, dan pandai namun jangan menjadikan itu kita lalai akan kewajiban sebagaimana manusia seutuhnya lakukan.
Mantab Mas Ryan. Menarik. Beberapa waktu yang lalu saya juga berencana membahas tentang kebijaksanaan.
BalasHapusDalam mempersoalkan sikap bijak tentu selalu ada pijakan utamanya dan sudut pandang mana yang hendak ditampilkan.
BalasHapusNamun yang menjadi permasalahan berikutnya adalah mampukan setiap orang menjadi bijak? bijaksana dalam menghadapi setipa realitas kehidupan.
Secara terminologi, kata bijak selalu disangkutpautkan dengan penggunaan akal budi, kedalaman pengalaman pengetahuan, kearifan, kemahiran, dan kepandaian dalam lokus tertentu.
Sayangnya, das sein dan das solen tentang esensi bijak selalu berposisi ngambang. khalayak lebih suka terperangkap dalam asumsi-asumsi dan persepsi-persepsi idealnya yang bersifat subjektif tanpa menginternalisasikan bijak sebagai bagian dari identitas dirinya.
ohya, pembahasan tentang bijak juga berbeda dengan moral, etika dan estetika lo. Selain itu, saya menemukan beberapa typo dalam tulisan di atas. Misalnya saja dalam paragraf keempat, kata sudahkan=sudahkah, yang seharusnya pungkasan dari kalimat tersebut diakhiri dengan tanda tanya (?). Termasuk pula tatkala menegaskan kalimat, "Bagaimana dengan anda" alangkah baiknya ditambahi tanda tanya.
BalasHapusterimakasih atas kritik dan sarannya saya tampung
BalasHapus